Resensi Buku: Mengejar Mimpi Bersama Bonnie

Judul buku: The House of Light (Rumah Cahaya)

Penulis: Julia Green

Penerjemah: Nadya Andwiani

Penerbit: Bhuana Ilmu Populer

Tahun terbit: 2020

Jumlah halaman: 227 halaman

Bonnie hanya tinggal berdua dengan Granda, kakeknya. Rumahnya tak jauh dari pantai. Bonnie suka ke pantai mencari apa saja yang bisa dimakan. Suatu hari Bonnie melihat seorang anak laki-laki gemetaran dan tanpa alas kaki. Bayangkan! Di tengah salju tanpa alas kaki. Pakaiannya koyak di sana-sini. Anak itu berlindung di dekat perahunya yang terbalik. Pasti anak itu kedinginan dan kelaparan, pikir Bonnie.

Bonnie mengajak anak itu pulang bersamanya. Perahunya dibawa serta. Namun, Bonnie tak menuju rumah. Ish, anak itu, disembunyikannya di gudang tua dekat rumah. Granda sudah lama tak menggunakan gudang itu. Bisa gawat kalau Ish diajaknya ke rumah. Para penjaga tak akan segan menghukumnya dan Granda jika ketahuan.

Gedoran di pintu mengejutkan Bonnie dan Granda. Seorang petugas berdiri di sana. Ia mengatakan ada orang asing berkeliaran. Keadaan sudah tak aman. Para penjaga akan memeriksa semua tempat.

Bonnie teringat cerita Granda. Rumah Cahaya. Dulu rumah itu menjadi pemberi cahaya bagi kapal-kapal yang lewat agar dapat menghindari karang. Kini rumah itu sudah tak digunakan. Namun, bisa menjadi tempat berlindung sementara. Sebelum melanjutkan perjalanan yang entah menghabiskan waktu berapa lama.

Bonnie ingin pergi dengan Ish. Menuju kehidupan yang lebih baik. Tapi ia tak mungkin meninggalkan Granda. Ish menyuruh Bonnie menjemput Granda. Granda senang melihat Bonnie. Ia pikir Bonnie sudah meninggalkannya.

Dengan napas tersengal-sengal Granda berjalan bersama Bonnie. Perahu patroli terlihat di kejauhan, tapi tidak ada yang menjaga. Bonnie dan Granda duduk di perahu. Ish mendayung dengan sekuat tenaga.

Perahu melaju pelan. Bonnie memandang ke arah daratan untuk yang terakhir. Ia melihat seorang gadis di sana. Bonnie dilanda gelisah. Akankah gadis itu melaporkan mereka?

The House of Light rekomen sekali untuk dibaca. Kalimatnya mungkin kurang sederhana untuk anak. Namun, tetap seru dibacanya. Penggambaran situasi sangat detail. Seolah kita ikut berada di sana. Hidup di daerah yang mencekam. Di mana kebaikan terhadap orang asing menjadi kesalahan.

Buku ini sangat menyentuh. Kasih sayang antara Bonnie dan Granda tampak jelas. Mereka saling menjaga, saling melindungi. Saya juga merasakan kesedihan tatkala Granda meninggal. Bonnie tak ingin menunjukkan kesedihan di depan sang kakek di saat terakhirnya. Ia menjauh untuk menumpahkan perasaannya. Dan ia kembali menemui Granda dengan tegar.

Banyak pelajaran yang dapat diambil dari buku ini. Kita diajarkan memanfaatkan kekayaan alam dengan sebaiknya. Seperti Bonnie yang selalu mengambil rumput laut, udang, atau kepiting secukupnya. Bahkan ia mengucapkan maaf dan terima kasih atas setiap yang diambilnya. Bonnie tak ingin merusak kehidupan mereka. Ia ingin makhluk-makhluk itu terus berkembang biak dan lestari.

Kata-kata Granda banyak memotivasi Bonnie. Setiap kali Bonnie dilanda kebimbangan, ia terngiang suara Granda. Itu membantunya memutuskan sesuatu. Granda juga mendukung Bonnie yang memberi Ish tempat berlindung. Tindakan Bonnie telah mendobrak aturan di sana. Aturan yang keliru tidak perlu diikuti. Tetaplah berbuat baik, bantulah mereka yang membutuhkan.

Semangat Bonnie dalam mewujudkan mimpinya juga dapat dijadikan teladan. Bonnie tetap mengejar mimpinya meskipun menghadapi tantangan. Ia tak mudah menyerah dalam keterbatasan dan kesedihan. Karena hidup yang lebih baik harus diperjuangkan.

My Bonnie lies over the ocean… My Bonnie lies over the sea….

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar