Sex Education sejak Dini, Tabukah?

Apakah sex education atau pendidikan seks tabu untuk dipaparkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah? Apakah peranan orang tua dan guru memang diperlukan? Pentingkah hal tersebut diterapkan sedari kecil? Muncul berbagai pertanyaan tentang pendidikan seks dini era ini. Kilas balik melihat maraknya kasus pelecehan seksual bahkan pemerkosaan, tentu seorang anak harus dibekali tidak hanya dengan ilmu sains dan agama, melainkan juga dengan pendidikan seks. Anak yang menjadi korban pelecehan di indonesia sangat rentan mengalami down mental yang nantinya akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikannya atau masa depannya. Bahkan, tak sedikit pula yang mengakhiri hidup akibat kurangnya pengetahuan akan bagian vital tubuh. Mirisnya lagi, korban pelecehan tak hanya pada perempuan saja.

Berdasarkan data Kementerian Pemberdayaan dan Perlindungan Anak, anak yang mengalami pelecehan seksual sebanyak 6.432 kasus yang terdiri dari 1.383 korban laki-laki dan 5.607 korban perempuan. Yang menyedihkan, lokasi kejadian pelecehan ini lebih banyak di lingkungan rumah yaitu sebanyak 3.945 kasus, dilanjuti dengan lokasi lainnya sebanyak 1.325 kasus dan di lingkungan sekolah sebanyak 437 kasus. Artinya, peran orang tua dan sekolah sangat penting mengingat rumah dan sekolah yang seharusnya menjadi tempat paling aman bagi anak kini menjadi tempat yang ditakuti. Anak harus dibekali dengan pengetahuan akan tubuh dan dirinya serta bagaimana cara melindungi diri dari pelecehan seksual.

Masalahnya saat ini adalah pemikiran yang masih konvensional yang mengatakan sex education masih sangat tabu untuk dijelaskan kepada anak. Padahal, orang tua harusnya menjadi garda terdepan dalam menyikapi kasus-kasus ini. Apa saja langkah yang harus dilakukan demi meminimalisasi pelecehan seksual? Pertama, memperkenalkan bagian-bagian vital yang tidak boleh disentuh oleh orang lain kepada anak sesungguhnya adalah langkah penting demi menyelamatkan anak dari orang-orang berpikiran jahat di luar sana. Anak harus mengenal bagian mana yang boleh disentuh dan tidak. Kedua, jika ada pihak baik keluarga atau masyarakat sekolah yang menyentuh bagian tubuh anak dan si anak merasa tak nyaman, sebaiknya diajarkan untuk bersikap terbuka menceritakan kepada orang tua ataupun guru dan wali kelas agar dapat ditindaklanjuti. Ketiga, memperkuat ilmu agama untuk tetap menjaga diri dan nafsu sehingga anak tidak menjadi pelaku pelecehan di masa mendatang. Sex education tidak tabu. Ini penting! Tak ada yang perlu diperdebatkan dari pengetahuan ini agar semua pihak sadar, anak tidak dapat dibodoh-bodohi. Lalu, bagaimana jika hal ini terjadi di luar rumah atau sekolah? Jika orang tua bekerja dan tak dapat menjemput anaknya dari sekolah, percayakanlah pada orang atau kerabat dekat untuk menjemputnya, utamakan laki-laki. Tidak ada yang bisa memprediksi kapan anak-anak dalam bahaya, namun kita dapat meminimalkan kejadian tersebut dengan keamanan yang tinggi demi perlindungan anak.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar