Piyek, piyek, piyek.
Si kecil merah muda itu terdengar sedang teriak-teriak kelaparan.
“Duh, kamu lapar ya? Tunggu, aku ambilkan beras dulu ya” ucap Aya sembari berlari kedalam rumah.
Sudah seminggu ini si Ayam kecil merah muda menjadi primadona bagi Aya dan Asa. Boo adalah nama yang mereka berikan untuknya.
Tuk, tuk, tuk, tuk.
Suara paruh kecil Boo mematuki bulir-bulir beras yang disebar oleh Aya di bawah pohon jambu biji depan rumahnya.
“Sini Boo aku bawakan lagi beras untukmu” panggil Asa sembari menyodorkan beras yang ada di tangannya.
“Duuuh, geli geli geli” teriak Asa kegelian ketika Boo mematuk ke arah tangannya.
***
Minggu lalu Aya dan teman-teman disekolah mengikuti kegiataan jalan sehat di lapangan kecamatan. Saat itulah Aya dan Asa pertama kali bertemu Boo. Ayam warna-warni memang selalu memikat hati anak anak. Mereka memutuskan memilih si ayam merah muda untuk dibawa pulang kerumah.
“Ayo Boo masuk keranjang sepedaku” ajak Aya sembari merengkuh tubuh mungil Boo.
Plung!
“Seru kan Boo naik sepeda bersamaku” tanya Aya sembari mengayuh pedal sepedanya kuat-kuat.
“Kakak, gantian donk. Aku juga mau bawa Boo naik sepeda” pinta Asa yang baru saja muncul dari dalam rumah.
Hahahaha
“Kamu lucu Boo. Ayo kamu bisa turun tidak?” Aya tertawa riang saat meletakkan Boo ke atas dahan pohon pepaya di depan rumahnya.
Wuussss
“Wiiiih, keren sekali. Ternyata Boo bisa terbang pake sayapnya mirip seperti burung” komentar Asa yang kagum melihat kemampuan ayam kecilnya itu. Suara tertawa mereka berdua terdengar sangat bahagia.
***
Begitulah setiap hari selama dua minggu terakhir. Boo selalu menghiasi hari-hari Aya dan Asa. Bahkan mereka selalu menyapa Boo setiap pagi bangun tidur, mengajak main sebelum berangkat sekolah dan sepulang sekolah. Bahkan mereka sangat telaten memberi makan dan minum Boo tanpa diingatkan oleh ayah atau bundanya.
Uhuk, uhuk, uhuk.
Suara batuk berkali-kali terdengar hampir tidak ada jedanya. Sudah seminggu ini Aya batuk tak berkesudahan. Sudah berobat ke klinik namun batuknya tak juga kunjung berhenti. Hari ini adalah hari terakhir dimana Aya harus minum obat yang diberikan. Saat itu Dokter mengatakan jika saat ini sedang musim anak-anak batuk dikarenakan cuaca panas ekstrim. Namun Dokter berpesan jika batuknya masih belum reda setelah tiga hari, Aya diharuskan datang lagi ke klinik untuk mendapat rujukan.
Sebenarnya Aya anak yang sangat berhati-hati dalam hal makan. Jarang sekali Aya jajan sembarangan. Bahkan ketika disekolah, Aya selalu membawa bekal dari rumah. Tapi memang akhir-akhir ini Aya kurang bisa mengontrol diri untuk tidak makan coklat. Bahkan dalam sehari bisa menghabiskan satu batang coklat sendiri.
Groook, groook, groook.
“Duh, kok Aya tidurnya sudah dua malam ini sambil mengorok ya Ayah?” tanya Bunda dengan nada khawatir.
***
“Batuknya semakin parah setiap malam dan tidurnya mengorok kan?. Batuk alergi kalau seperti itu gejalanya” kata Dokter sembari memeriksa Aya.
“Hindari kontak langsung dengan binatang berbulu, cemilan mengandung coklat dan kacang-kacangan ya.” saran Dokter kepada Aya. Sore itu Aya dirujuk ke Dokter spesialis di salah satu rumah sakit karena kondisi batuknya yang belum juga reda.
***
“Aku sayang sekali dengan Boo. Aku tidak mau berpisah dengannya” ungkap Aya saat sedang menyimpan para boneka berbulu kesayangan dengan Asa dan Bundanya. Ternyata bulu boneka juga bisa menjadi salah satu pemicu alergi.
“Tapi kalau aku tidak segera sembuh, kata Dokter aku harus dioperasi” tambahnya lagi. Nada sedih terdengar jelas dari suaranya.
***
“Bapak, titip Boo ya. Jangan lupa dikasih makan ya Bapak” pesan Aya sembari mengelus Boo yang berada didalam kardus.
Sore itu Aya dan Asa akhirnya merelakan untuk memberikan Boo kepada Bapak pemilik lahan disamping rumahnya.
“Byee Boo” seru Asa saat Boo pelan-pelan menghilang dari pandangan mereka.
“Terimakasih ya Kakak dan Dedek yang sudah merelakan Boo untuk dirawat orang lain” ucap Bunda.
“Aku sayang Boo, tapi aku juga ingin segera sembuh”jawab Aya kemudian.
“Segera sembuh biar kita boleh makan es krim lagi. Iya kan Bunda?. Hehehe”sahut Asa sambil terkekeh.