#TalisCerpen Gagalnya Jadwal Mainku

Aku senang bersosialisasi dan melakukan banyak kegiatan. Dengan melakukannya aku menjadi sangat bersemangat. Kata ayah, energiku tak ada habisnya, tapi aku selalu kehabisan tenaga jika diam saja dan tak tahu harus melakukan apa. Ibu pun tak pernah melarangku, selama aku ingat makan, selalu istirahat yang cukup, dan tidak membuatku sakit.

Karena aku senang melakukan banyak kegiatan, aku jadi pandai mengatur waktu. Aku bahkan tau jadwal kegiatanku selama seminggu. Tak segan-segan aku menolak atau mengganti jadwal jika ada yang mengajakku, tentu saja aku akan memilih kegiatan yang menyenangkan untukku.

Hari minggu, ayah mengajakku pergi ke sungai untuk memancing ikan, namun aku tolak, karena Caca dan Ranti akan berkunjung ke rumah. Mereka akan datang pukul sepuluh pagi. Kami berencana untuk mengerjakan PR matematika, lalu pergi ke taman baca dekat rumah yang baru saja dibuka.

Sambil menunggu teman-temanku datang, aku mengajak ibu pergi ke pasar dan membuat es buah. Tapi sudah pukul sepuluh kok teman-temanku masih belum datang, mungkin mereka terlambat?

Setengah jam berlalu, aku hampir menamatkan satu komik Doraemon sambil bulak-balik melihat keluar jendela menanti kedua temanku. Lalu, ibu menghampiriku dari arah dapur, “Nak, ibu Caca mengirim pesan kepada ibu. Katanya, Caca tak jadi datang ke sini, karena nenek dan kakeknya datang berkunjung.” Aku pikir tidak masalah, berdua dengan Ranti juga masih asik.

Tak lama ibu pun memberi kabar lagi kepadaku, bahwa Ranti juga tak jadi berkunjung karena Caca tak datang ke rumahku. Huuh.. seketika aku lemas sekali. Tau akan seperti ini aku ikut ayah saja pergi ke sungai, melihat pemandangan nan indah, bermain air, dan ikut memancing.

Tanpa harus menunggu lagi, ku santap es buah yang sudah ku buat bersama ibu, rasanya yang manis dan dingin itu cukup meredakan kekecewaanku. Setelah mengerjakan PR, menonton TV atau membaca komik entah mengapa menjadi sangat membosankan. Ku lihat tetanggaku pun sedang pergi berlibur, tak ada teman yang bisa ku ajak bermain. Apa sebaiknya aku pergi saja ke taman baca itu sendirian? Tapi akan lebih asik sih jika datang bersama teman.

Lalu aku coba meminta izin kepada ibu, “Ibu, apakah aku boleh pergi ke taman baca yang baru dibuka itu sendiri?”

“Boleh, asal kamu tak pergi kemana-mana lagi. Hanya boleh pergi ke taman baca saja ya.” Kata ibu mengizinkan.

Taman baca baru itu letaknya sangat dekat dari rumahku, aku hanya perlu berjalan melewati delapan rumah dan memotong lapangan serba guna. Sesampainya di sana, aku melihat bunga-bunga matahari tumbuh menghiasi taman baca. Sudah ada pengunjung yang datang, namun tidak terlalu ramai. Buku-buku yang dipajang pun sangat banyak, ada buku pelajaran, majalah, novel, cerita bergambar, dan komik.

“Halo adik-adik, selamat datang di taman baca Matahari.” Kakak itu menyapa kami menggunakan mikrofon sambil memegang kertas dan pulpen. “15 menit lagi akan ada kegiatan membuat pembatas buku lho, siapa yang mau ikutan? Silahkan menuliskan nama dan duduk berbaris di depan ya.”

Tentu saja aku mau! Aku belum pernah membuat pembatas buku, sepertinya akan mengasyikan. Aku pergi ke depan, menuliskan namaku, dan duduk berbaris. Ku lihat ada kakak-kakak, ibu-ibu, dan seumuranku yang mengikuti kegiatan ini.

Sambil dibagikannya perlengkapan pembatas buku, kami mendengarkan sambutan dan ucapan terima kasih dari pendiri taman baca Matahari. Kami juga diminta untuk berkenalan sebelum membuat pembatas buku dimulai.

“Halo semua, nama saya Masa, kelas 6 SD. Rumahku tak jauh dari sini ….” Beberapa orang menjawab dengan menyapaku, seperti “salam kenal Masa!”

Kegiatan membuat pembatas buku sangat mengasyikan. Kami menggambar, mewarnai, dan menempelkan hiasan seperti stiker atau bunga kering. Aku membuat pembatas bergambarkan buku dan bunga matahari. Lalu, pembatas buku itu dilaminasi dan diberi pita. Sangat cantik!

Selain itu, aku juga mendapat teman-teman baru di sini. Kami saling mengobrol buku kesukaan dan memberi rekomendasi. Kami akan mengunjungi taman baca lagi minggu depan, mengulas buku bacaan yang sudah kami baca, dan berencana melakukannya setiap minggu. Aku menjadi sangat bersemangat mendengarnya.

Saat aku tiba di rumah, aku bercerita kepada ibu bahwa aku mendapat teman baru dan belajar membuat pembatas buku. Di sekolah pun, aku pamerkan pembatas buku tersebut kepada Caca dan Ranti, dan meceritakan keseruan saat mengunjungi taman baca Matahari. Mereka menyesal tak jadi datang ke rumahku. Aku? Tentu saja sudah tak kesal, karena energiku sudah kembali terisi.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar