karya : Eri Patmasari
Siang ini langitnya mendung. |
Sepertinya hujan akan datang. |
Wush, wush, wush. |
Angin bertiup kencang. |
Tik, tik, tik. |
Gerimis mulai datang. |
Aku melihat ke halaman belakang. |
Ada banyak sandal disana. |
Satu, dua, tiga, empat. Lima enam tujuh delapan. |
Wah, ada empat pasang sandal. |
Aku harus membawanya ke dalam. |
Agar tidak basah kehujanan. |
Aku mengambil sandal paling kecil. |
Warnanya merah muda. |
Ini sandal adikku. |
Aku meletakkannya di rak sepatu. |
Kemudian aku kembali ke halaman belakang. |
Aku mengambil sandal warna kuning. |
Aku suka gambar jerapah di sandalku. |
Gambarnya sama dengan di bajuku. |
Aku meletakkannya di rak sepatu. |
Di sebelah kanan sandal adikku. |
Aku mengambil sandal yang besar. |
Warnanya merah. |
Ini adalah sandal ibuku. |
Aku meletakkannya di kiri sandal adikku |
Hujan semakin deras |
Aku bergegas ke belakang. |
Aku mengambil sandal terakhir yang paling besar. |
Warnanya hitam. |
Ini adalah sandal bapakku. |
Sandal hitam ini sangat besar |
Dimana aku bisa meletakkannya? |
Disisi paling kanan? |
Oh tidak! Di sini tidak cukup. |
Atau disisi paling kiri? |
Aduh disini juga tidak cukup. |
Tapi masih ada rak kosong di bawah. |
Aku akan meletakkannya disana. |
Wah senangnya! |
Sandalnya sudah tidak kehujanan |
Ibu melihatku dari kejauhan |
Ibu tersenyum bangga. |
Ternyata aku bisa menata sandal sendiri . |
Dari ukuran terkecil sampai yang terbesar. |
Sandal-sandal sudah tersusun rapi di rak. |
Dan sekarang tidak kehujanan lagi. |