“Nabiella, kenalkan, ini Ying Yue.”
Ayah Nabiella memperkenalkan gadis Tiongkok yang berlesung pipit itu kepada Nabiella. Ying Yue adalah anak rekan kerja Ayah di China. Saat itu teman Ayah sedang bertugas di Xi’an. Beruntung Ying Yue pernah tinggal di Negeri Dolla selama 3 tahun, sehingga fasih berbahasa asli Negeri Dolla. Jadi, Nabiella tak terlalu kesulitan mengobrol dengannya.
Baru sebentar, mereka sudah seperti sahabat saja. Nabiella senang karena dia tidak lagi kesepian saat ayahnya bekerja.
Sepulang sekolah Ying Yue hampir selalu menemani Nabiella. Bersama kakak Ying Yue, mereka berjalan-jalan mengunjungi tempat yang seru dan terkenal di dunia seperti terracota army, bell tower, City Wall, bahkan mereka juga pernah mendaki Mt. Huashan dan menikmati matahari terbit disana!
Bagi Nabiella, ini adalah pertama kalinya Ia bepergian ke tempat-tempat yang baru tanpa orangtuanya. Biasanya, Nabiella lebih senang tidur-tiduran di kamar, tapi perjalanan ini betul-betul seru. Nabiella makin merasa betah karena diperkenalkan kepada teman-teman sekolah Ying Yue. Mereka adalah sesama anggota klub untuk mengajar anak-anak tidak mampu di sekitar sekolahnya. Nabiella makin kagum kepada Ying Yue
Hari itu, mereka akan mengunjungi masjid Xi’an, masjid yang sangat legendaris di China. Ying Yue bilang, karena esok Nabiella akan kembali ke Dollisola, tempat ini wajib dikunjungi. Mereka janji bertemu pada saat sholat Ashar.
“Maaf ya tidak bisa menjemputmu, Sebelum Ashar ada kegiatan klub di masjid Xi an, jadi kita ketemu disana saja,” kata Ying Yue tempo hari.
Nabiella berangkat selepas Zhuhur. Rencananya ia ingin melihat-lihat Muslim Quarter yang lokasinya masih di sekitar masjid Xi’an. Seperti umumnya pasar jalanan, di sana dijual aneka barang dan makanan. Bedanya, semua penjualnya Muslim. Perut Nabiella jadi keroncongan membayangkan ia bisa makan dengan bebas karena dijamin halal.
Menarik sekali berkeliling di Muslim Quarter, orang orang di sini tampak akrab satu sama lain. Para wanita mengenakan kain kerudung warna warni sedangkan para prianya banyak yang berpeci putih.
Aroma sedap menggelitik perut Nabiella yang keroncongan karena belum makan siang. Nabiella mengikuti aroma itu dan berhenti di depan sebuah toko. Gadis kecil itu terdiam karena berpikir harus bicara apa. Untungnya salah seorang pelayan toko itu menghampiri lalu bertanya pada Nabiella dalam Bahasa Inggris. Dia menjelaskan bahwa mereka menjual Yangrou Paomo. Dia pun mempersilakan Nabiella masuk.
Cara memesan Yangrou Paomo sangat unik. Pertama-tama, Nabiella diberi sebuah mangkuk berisi flatbread, yang kemudian harus dihancurkan sendiri dengan jari. Wah, ternyata rotinya cukup keras. Untung Nabiella sudah terlatih main gundu sejak taman kanak-kanak. Setelah itu koki mengambil mangkuknya dan diisi dengan kuah kaldu dan daging domba yang aromanya sedap sekali. Setelah menunggu sekitar 5 menit, kuah telah menyerap ke dalam roti dan mangkuk pun diantar ke meja Nabiella. Slurp …. Nabiella langsung makan dengan lahap.
Adzan Ashar berkumandang. Ya ampun, Nabiella baru teringat janji dengan Ying Yue! Cepat-cepat dihabiskan Yangrou Paomonya, lalu bergegas ke arah Masjid Xi An.
Nabiella begitu lega sudah melihat gerbang Masjid Xi An dari kejauhan. Gerbang yang tampak begitu tua namun kokoh. Masjid itu adalah saksi masuknya Islam ke Tiongkok di jaman dinasti Ming sekitar abad ke 14.
Nabiella sudah tak sabar ingin melihat taman-taman dan kaligrafi yang unik, karena merupakan perpaduan kaligrafi Arab dan China yang disebut ‘Sini’. Kata ayah, Muslim Hui bisa bertahan di Tiongkok yang merupakan negeri komunis karena mereka mampu berbaur dengan baik dengan budaya Tiongkok asli, namun tetap mempertahankan prinsip prinsip yang penting sebagai Muslim.
Nabiella mempercepat langkahnya hingga setengah berlari. Pandangannya lurus ke arah gerbang masjid, namun ia tak sadar sebuah sebuah motor tengah melaju ke arahnya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Brak! Motor itu menabrak Nabiella dengan cukup keras lalu menghempaskannya ke jalanan. Orang-orang berteriak kaget dan segera menolong Nabiella. Gadis petualang itu hilang kesadaran.
Begitu Nabiella bangun, ia sudah ada di ruang gawat darurat rumah sakit, ditemani Ying Yue dan ayahnya. Syukurlah saat itu Ying Yue sengaja menunggu di dekat gerbang utama, sehingga saat kecelakaan terjadi, Ying Yue melihatnya dan langsung membawa Nabiella ke rumah sakit.
“Kamu pingsan tadi, lenganmu luka sobek jadi kehilangan banyak darah,” kata ayah sambil mengelus rambut Nabiella. “Tapi, semua sudah nggak apa-apa sekarang. Hanya saja, kelihatannya kita baru bisa pulang lusa, bagaimana?” Nabiella mengangguk lemah menjawab pertanyaan ayah.
Keesokan harinya, Nabiella sudah diperkenankan pulang. Ying Yue kembali datang untuk membantu. Saat ayah baru akan selesai berkemas, seorang perawat membawakan bungkusan plastik bening berisi kain biru laut. Ada banyak noda darah yang sudah mengering pada kain itu. “Permisi, ini milik Adik ya? Silakan dibawa pulang kembali.”
Saat itulah tiba tiba Ying Yue mengambil bungkusan itu. “Aku saja yang cucikan, ya!” katanya sambil tersenyum. Nabiella mengangguk belum mengerti kenapa.
***
Di hari kepulangan Nabiella, akhirnya misteri kain biru laut itu terungkap. Ying Yue dan Ayahnya turut melepas mereka di bandara. Saat itulah Ying Yue memberikan sebuah kotak kecil berwarna hitam yang berhiaskan tempelan manik-manik berbentuk bunga.
Nabiella membuka kotak itu. Di dalamnya ada sebuah foto Ying Yue bersama Nabiella beserta anak anak jalanan asuhan Ying Yue dan klubnya. Di bawah foto terlipat rapi selembar kain berwarna biru laut, berhiaskan payet berbentuk bunga juga.
“Kami membuat kerudung ini tempo hari di Masjid Xi An. Maafkan kalau terlalu sederhana, Nabiella. Semoga kamu suka.” kata Ying Yue sambil tersenyum hingga lesung pipitnya terlihat.
Ayah Nabiella yang juga melihat kerudung itu kemudian berkata “Wah bersih sekali, itu kerudung penyelamat Nabiella, ya ?” kata Ayah Nabiella sambil tersenyum salut. “Terima kasih Ying Yue, kalau kamu tidak sigap membebatkan kain itu, pasti Nabiella kehilangan lebih banyak darah.” sambung Ayah. Wajah Ying Yue yang putih langsung bersemu merah.
“Tidak apa apa Om … saya malu sebenarnya, karena tidak sempat membuat yang baru untuk Nabiella,” kata Ying Yue sambil menunduk. “Apa kamu mau menerimanya Nabiella?” tanya Ying Yue lagi dengan sangsi. Tanpa berkata-kata Nabiella langsung memeluk Ying Yue
Mereka akhirnya betul-betul harus berpisah. Sekali lagi Nabiella memeluk Ying Yue, lama sekali. Tak tahu kapan lagi mereka bisa bertatap muka. Nabiella merasa bersyukur, bertemu teman sebaik Ying Yue yang begitu senang menolong orang lain.
Tak disangka, beberapa bulan kemudian Ayah memberi kabar bahwa Ying Yue meninggal karena kecelakaan bus saat karyawisata sekolah. Mendengarnya, Nabiella langsung teringat kerudung biru dari Ying Yue. Nabiella memeluk kerudung itu sambil menangis, berharap andai ia bisa menolong Ying Yue sebagaimana ia dulu menolongnya.
***
Adora menitikkan air mata. ”Nabiella, maafkan aku.” katanya lirih.
Nabiella menatap Adora, “Nggak apa-apa Adora… aku sudah memaafkan kok.”
“Aku janji akan menemukannya… janji!” kata Adora dengan suara sengau.
“Insya Allah Adora, Insya Allah,” kata Alana mengingatkan. Keempat sahabat itu berpelukan lalu mengirim Al fatihah untuk Ying Yue.
Air mata masih membasahi pipi Adora. Namun sekarang ia sudah tenang. Tangannya meraih secarik kain dari dalam tas untuk mengusap air mata, hingga membersihkan hidungnya yang basah. Itulah kebiasaan Adora … Tapi kali ini ada yang lain. Sobat-sobat Dollabella itu menatap Adora tak berkedip. Bahkan Nabiella melotot.
“Ke… kenapa?“ heran Adora salah tingkah.
Kalma menunjuk kain Adora yang sekarang basah tak karuan. Adora membuka kain itu di depan wajahnya. Kain kerudung biru laut berpayet bunga kecil! Barulah Adora sadar dan dalam sekejap berlari keluar kamar karena Nabiella tampak begitu marah dan segera mengejarnya.
Alana menepuk keningnya yang lebar dan Kalma pun tertawa terkekeh-kekeh. Keributan kecil itu baru reda saat Ibu Nabiella memanggil mereka untuk makan.
“Siap Tanteeeee!” Jawab Kalma tanpa malu malu. Ia pun jadi yang nomer satu menghampiri meja makan.