Abang Bajaj Misterius [Bagian Pertama]

“Naik bajaj saja, Kak. Biar cepat,” kata Dena memelas. “Aku hari ini ada ulangan Matematika. Kalau telat, Bu Neni bisa tidak mengizinkan aku ikut ulangan.”

“Iya, deh!” Rida menerima usul adiknya.

Setelah beberapa saat menunggu, ada bajaj yang mendekat.
“Itu ada bajaj!” seru Dena.

Rida menyetop bajaj. Terjadi tawar-menawar. Kata sepakat didapat. Rida dan Dena pun naik.

Semenjak awal, pandangan Dena meneliti sopir bajaj. Ada yang menarik perhatiannya.

“Pssst … Kak!” Dena mendekatkan mulutnya ke telinga Rida. “Sopir bajajnya seram, ya?” tanyanya dengan suara berbisik.

“Ah, kamu ada-ada saja!” Rida berusaha menepis rasa takut adiknya.

“Coba Kakak perhatikan, deh!” Dena masih berkata dengan suara berbisik. “Mukanya tertutup topi. Sepertinya dia sengaja berbuat itu. Pas tawar-menawar ongkos bajaj, dia berkata sambil menunduk. Aneh, kan?”

“Hm, mungkin dia malu,” Rida menenangkan adiknya.

“Sepertinya bukan. Aku pikir ada sesuatu yang disembunyikan atau …,” mata Dena tiba-tiba membelalak. “Jangan-jangan dia penjahat yang sedang menyamar.”

Dada Rida tiba-tiba berdetak kencang. Ucapan adiknya membuatnya menjadi takut juga. Namun, Rida tidak mau terlihat oleh Dena.

“Kamu jangan berpikiran buruk seperti itu. Tidak baik!” ujar Rida sambil melihat ke arah jalan. “Nah, kita hampir sampai sekolah.”

Bajaj berhenti di depan gerbang sekolah. Rida dan Dena turun.

“Ini Bang, ongkosnya,” Rida memberikan selembar uang sepuluh ribuan. “Terima kasih, ya.”

Abang bajaj menerima uang dari tangan Rida, tanpa berkata sepatah kata pun. Setelah itu, dia berlalu dengan mengendarai bajajnya.

***
Dimuat di KORAN BERANI, 24-29 januari 2012 / Tahun VI / No. 3
Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar