Acoem Kasoem (Ahli Kacamata Pertama di Indonesia)

Apa yang terlintas dalam kepalamu, saat mendengar kata Kasoem? Benar, kacamata. Sebenarnya Kasoem bukanlah merk kacamata. Melainkan, nama seorang ahli kacamata pertama dan juga pendiri pabrik kacamata (optik) pertama di indonesia.
Meski tidak banyak yang tahu akan sosoknya, namun Kasoem memiliki andil yang cukup besar untuk bangsa Indonesia. Lalu, seperti apa kisah hidupnya?
Acoem Kasoem, nama lengkapnya. A Kasoem dilahirkan di desa Kadungora, Garut pada tanggal 9 Januari 1918. Sejak kecil, A Kasoem dikenal sebagai sosok yang dermawan, pintar dan rajin belajar.
Meski berasal dari keluarga petani, namun Kasoem tidak ingin mengikuti jejak orang tuanya untuk menjadi seorang petani. A Kasoem lebih tertarik mempelajari ilmu kacamata. Menurutnya, kacamata pasti dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa. Karena itu, A Kasoem ingin menjadi orang yang pertama menguasai ilmu tersebut.
Secara kebetulan, A Kasoem mendapat kesempatan belajar dari seorang ahli kacamata berbangsa Jerman yang bernama Kurt Schlosser. Saat itu, Kurt Schlosser membuka toko kacamata di Jalan Braga daerah pertokoan kelas satu di Bandung.
A Kasoem terus belajar ilmu kacamata dengan sungguh-sungguh. Sehingga dalam waktu yang singkat, A Kasoem sudah mampu menguasai ilmu kacamata. Setelah mampu membuat kacamata sendiri, A Kasoem juga mencoba menjual kacamata buatannya.
Awalnya, A Kasoem menjual kacamata dengan berjalan kaki, menjinjing tas berisi kacamata keluar masuk rumah orang. Kemudian, setelah pelanggannya sudah semakin bertambah, A Kasoem mulai berjualan dengan naik sepeda.
Semua keuntungan yang didapatkan A Kasoem disimpan untuk dibelikan sebuah toko di Bandung. Hingga akhirnya, pada bulan Mei 1943 A Kasoem berhasil membuka toko kacamata sendiri di Jalan Pungkur No.97 Bandung.
A Kasoem menjadi satu-satunya penduduk pribumi yang mampu membuka toko di wilayah tersebut. Karena pada saat itu, hanya orang asing yang memiliki toko di sana. Makin lama, usaha A Kasoem semakin berkembang pesat. Bahkan bisa membuka cabang di kota lain, seperti: Jakarta, Tasikmalaya, Yogyakarta, hingga Cirebon.
Dengan ilmu yang dimilikinya, A Kasoem mendapat kepercayaan untuk membuat kacamata bagi Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, Para Menteri, Jenderal, para pembesar serta pemimpin lainnya.
Nama A Kasoem semakin terkenal, karena menjadi satu-satunya orang Indonesia yang membuka usaha kacamata. Atas semua usaha dan kerja keras dilakukannya, A. Kasoem tidak hanya diakui di Bandung, melainkan hingga dunia Internasional.
Meski demikian, masih ada satu masalah yang mengganggu pikiran A Kasoem. Yakni persediaan bahan baku. Selama ini, bahan baku pembuatan kacamata seperti gagang dan kacanya selalu dipesan dari luar negeri.
Padahal A Kasoem ingin membuat semuanya dari dalam negeri. A Kasoem memang bercita-cita ingin mendirikan pabrik kacamata yang dapat memproduksi lensa potret, mikroskop, dan lain-lain di Indonesia.
Karena alasan itulah, pada tahun 1960 A Kasoem pergi ke Jerman untuk memperdalam ilmu kacamata, seperti: memproduksi lensa dan gagang kacamata. Saat itu, A Kasoem bekerja sambil belajar kepada Dr. Herman Gebest pemilik pabrik optik di Jerman.
A Kasoem terus mempelajari lensa dan gagang kacamata selama beberapa tahun. Setelah berhasil menguasai ilmu tersebut, Kasoem pulang ke tanah air. Kemudian, A Kasoem mendirikan pabrik kacamata di kampung halamannya. Bahkan para ahli pabriknya sengaja didatangkan dari Jerman dan gurunya, Dr. Hermann Gebest menjadi penasehatnya.
Sejak pabrik kacamatanya berdiri, banyak tawaran modal dari luar negeri untuk bekerjasama dengannya. Namun A Kasoem menolak, beliau ingin memimpin pabrik sendiri dan dengan modal sendiri.
Ketika usianya sudah semakin tua, A Kasoem mewariskan ilmu optik tersebut kepada anak cucunya. Karena sudah menjadi tradisi ilmu optik bahwa ilmu dimiliki harus diturunkan kepada keturunannya.
Pada tanggal 16 Februari 1975 Kasoem diterima menjadi anggota ilmu pengetahuan optik Jerman Barat dengan nomor anggota 176. A Kasoem adalah orang Asia pertama yang diterima menjadi anggota.

Sumber : “Buku Jiwa Joang Bangsa Indonesiaā€¯ karangan Thalib Ibrahim
Penerbit : Mahabudi tahun 1975
Bapak Acoem Kasoem

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar