Hadiah Dari Pak Journeys

 Kota Readsey merupakan kota yang panas. Rumah-rumah di kota ini berbentuk seperti bola. Semua atap dan dinding rumah di kota ini bercat merah. Warga kota tidak ada yang menanam tanaman. Jika dilihat dari kejauhan, kota ini seperti kota yang sedang dilahap api.

Pak Journeys merupakan warga baru Kota Readsey. Dia belum lama pindah di kota ini. Sebelumnya Pak Journeys tinggal di Kota Greensey. 

Goong… Goong… Tanda para warga kota harus berkumpul di alun-alun kota. Para warga segera berlarian menuju alun-alun. 

“Selamat siang, warga Kota Readsey. Semoga kalian selalu berbahagia,” Pak Roedy walikota Readsey menyapa para warga. “Sabtu malam besok, tepat tanggal satu bulan ke dua belas. Saatnya kita melakukan tradisi tukar kebahagiaan. Masing-masing warga membawa kado. Para warga, kalian siap?”

“Siaaapp,” jawab warga serentak.

“Tradisi? Kado diisi apa?” tanya Pak Journeys pada Pak Louisy.

Sssttt… Pak Louisy meletakkan jari telunjuknya di depan bibir.

“Ingat, isilah kotak kado dengan benda yang bermanfaat bagi orang lain. Dan, jangan lupa bungkus kado kalian secantik mungkin,” jelas Pak Roedy.

Setelah pengumuman para warga segera meninggalkan alun-alun. 

“Pak Journeys, maaf tadi aku tidak menjawab pertanyaanmu. Kado bebas, syaratnya seperti apa yang sudah disampaikan Pak Roedy,” kata Pak Louisy.

“Terima kasih Pak Louisy,” jawab Pak Journeys.

Pak Journeys berjalan pulang dengan sangat pelan. Dia memikirkan benda apa yang akan dia bungkus untuk tukar kado. 

           Sesampai di rumah, warga baru ini membuka-buka kotak penyimpanan. Dia menarik kotak kayu dari kolong tempat tidur. Dibukanya kotak ini, dibolak-balik. Belum didapatkan benda yang cocok. Dilanjutkan membuka lemari baju. Tetap saja belum dapat ide.

Pak Journeys kembali memperhatikan kotak kayunya. Diambilah kantong kain berwarna cokelat. 

           “Wah, sip. Isi kantong masih aman. Untung saja benda ini kubawa saat pindah,” kata Pak Journeys setelah mengecek isi kantong. Dirapikannya kembali kotak kayu itu. Kemudian Membungkus kantong cokelat dengan kain berwarna keemasan. Tak lupa dihias dengan cantik.

Kado selesai dibungkus. “Kadoku pasti sangat bermanfaat,” kata Pak Journeys dengan yakin. 

Esok harinya, Pak Journeys berjalan-jalan ke pasar. Kebetulan ia juga akan membeli beberapa kebutuhan.

“Aku sudah membungkus kado seharga lima keping perak.”

“Kadoku lebih mahal, aku membungkus benda seharga tujuh keping perak.”

Pak Journeys mendengar perbincangan ibu-ibu di pasar. Ia terdiam memilih barang belanjaan. Pikirannya tertuju pada kadonya.

Harga kadoku tak sampai setengah keping, bahkan benda itu gratis, gumam Pak Journeys dalam hati. 

Malam acara tukar kado akan segera dimulai. Pak Journeys memegang kadonya. Dia bimbang.

Tok.. tok…  “Pak Journeys ayo berangkat!” ajak Pak Louisy.

Pak Journeys membuka pintu, mukanya muram. “Pak Louisy, bagaimana jika aku tidak usah berangkat saja ya. Aku malu, kadoku tidak mahal.”

“Sudahlah, tak usah dipikir lagi. Bungkus kadomu sangat bagus. Pasti orang-orang tertarik. Ayo kita berangkat!” Pak Louisy menarik tangan Pak Journeys. Mereka berangkat menuju alun-alun kota.

Goong… Goong… Acara tukar kado dimulai. Kado-kado sudah terkumpul di panggung. 

“Selamat malam para warga, seperti biasa sebagai pimpinan saya akan memilih kado pertama kali,” kata Pak Roedy.

Karena datang akhir, kado Pak Journeys berada di tumpukan atas. Kado ini menyita perhatian Pak Roedy. 

“Aku ambil ini, ya!” Pak Roedy mengangkat kotak berbalut kain keemasan berhias manik-manik.

“Buka.. Buka.. !” Warga bersorak.

Pak Journeys bingung, dia komat kamit mengucap doa. Semoga niat baiknya diterima oleh Pak Roedy. 

“Ha, apa ini?” Pak Roedy mengangkat kantong cokelat. “Kantong yang sangat jelek.”

Pak Journeys menerobos barisan maju ke depan panggung dan berkata, “Maafkan aku Pak Roedy. Itu adalah kantong berisi….”

“Ambil kembali kantong tak berguna!” Pak Roedy melempar kantong cokelat itu pada Pak Journeys. 

Pak Journeys sedih sekali. Dia akan membuktikan kalau isi kantongnya berguna.

Matahari baru saja terbit, Pak Journeys sudah berkeringat. Dia bekerja keras benih di sepanjang jalan di sekitar alun-alun. Setiap hari, Pak Journeys dengan susah payah membawa air untuk menyiram benih ini.

Dua belas hari berlalu, benih bunga matahari mulai tumbuh. Pak Louisy berkata, “Pak Journeys benihmu mulai tumbuh. Aku siap membantumu menyiram dan menyiangi.”

“Terima kasih Pak Louisy,” jawab Pak Journeys.

Pak Journeys kini semakin bersemangat. Meski beberapa orang tampak ragu.  Empat puluh hari benih bunga matahari sudah tumbuh tinggi sekitar satu meter. Kuncup bunga mulai bermunculan.

“Pak Louisy, Tak lama lagi kerja keras kita akan membuahkan hasil,” kata Pak Journeys.

“Benar, aku senang sekali. Kemarin aku juga mendengar para warga mengagumi tanaman kita ini. Sebentar lagi, bunga-bunga akan bermekaran.”

Siang itu, Pak Journeys sedang minum limun di ruang tamunya. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahnya. Pak Journeys bergegas membukanya.

“Pak Roedy?” Pak Journeys terkejut saat tahu siapa tamunya.

“Pak Journeys, apa benar Anda yang menanam bunga di sekitar jalan alun-alun?”

“Benar, Pak!”

 “Indah dan bagus sekali. Dari mana Anda dapatkan benih bunga itu?”

“Oh, itu benih yang ada di dalam kantong  warna cokelat pada waktu malam tukar kado, Pak. Pak Roedy masih ingat?”

Pak Roedy tampak terkejut. Seketika wajahnya memerah menahan malu. “Maafkan sikap saya waktu itu, Pak. Ternyata hadiah Anda justru sangat berguna.”

Pak Journeys memaafkan Pak Roedy. Dia sangat bahagia. Kini kota  tak hanya berwarna merah. Kini kota Readsey bermunculan warna hijau, dan kuning. Sejak saat itu para warga gotong royong mengembangbiakkan tanaman bunga matahari. Kini Kota Readsey menjadi kota yang berwarna-warni dan semua warga bahagia. 

Bagikan artikel ini:

Satu pemikiran pada “Hadiah Dari Pak Journeys”

Tinggalkan komentar