Izzah pusing tujuh keliling. Baru-baru ini dia mendapatkan menstruasi pertamanya. Semenjak itu, banyak perubahan yang ia amati dan rasakan pada dirinya. Banyak juga pengetahuan baru yang diajarkan oleh ibunya. Termasuk didalamnya bagaimana agama mengatur anak perempuan yang sudah masuk masa puber. Kata Ibu, jika anak perempuan pertama kali haid, maka ia akan mulai dianggap seperti orang dewasa. Maka sesuai perintah agama untuk perempuan yang telah dewasa, sebaiknya untuk mengenakan jilbab untuk menutup auratnya.
“Kok bisa sih bu Izzah disamain dengan orang dewasa? Izzah kan masih 11 tahun ini!” Seru Izzah. Dia sudah siap berdebat dengan ibunya.
“Itu karena jika anak perempuan haid, tubuhnya sudah bisa melaksanakan tugas reproduksi.”
“Tugas reproduksi itu apaan deh bu? Jangan pakai bahasa yang susah dong.” Izzah semakin bete.
Melihat raut wajah Izzah yang sudah berubah, Ibu pun tersenyum hangat.
“Tugas reproduksi itu maksudnya Izzah sudah bisa hamil dan melahirkan.”
Mata Izzah terbelalak. Anak kecil melahirkan anak kecil? Ini adalah hal terabsurd yang pernah dia dengar. Tapi Ibu malah cekikikan dan lanjut berbicara.
“Ia betul nak. Oleh sebab itu, dalam Islam perintah menutup aurat diberikan. Dengan menutup aurat, Allah menjaga dan memuliakan perempuan. Jilbab menjadi pelindung diri dan pengingat saat bersikap.”
“Oh biar gak ada yang berani macam-macam gitu ya bu ke Izzah?”
“Iya, InsyaAllah. Biar Izzah juga mikir-mikir dulu loh nak sebelum bertindak. Gak lakuin yang buruk-buruk. Kan malu sama jilbab. Malu sama Allah.”
Izzah sebenarnya tidak keberatan disuruh berjilbab. Hanya saja Izzah bersekolah di SD internasional. Di sekolah Izzah, semua agama ada. Mayoritas adalah pemeluk agama Kristen dan Katolik. Terbanyak kedua adalah penganut agama Buddha, barulah kemudian agama Islam disusul oleh agama Hindu. Memang di sekolahnya tidak ada larangan memakai jilbab, hanya saja Izzah belum percaya diri. Jika dia berhijab, dia akan menjadi satu-satunya murid yang memakai hijab di sekolah. Ini akan membuatnya terlihat sangat berbeda dibanding teman-temannya yang lain.
“Bagaimana jika ada yang mem-bully-ku karena aku terlihat aneh?”
“Bagaimana jika satu per satu teman terdekatku menjauh?”
“Bagaimana jika jilbabku jadi penghalang saat aku olahraga?”
Banyak hal yang membuat gadis cilik ini dilema. Jika bukan karena permintaan khusus ayahnya, Izzah tidak akan sepusing ini.
“Ayah tidak pernah suruh-suruh dan larang-larang Izzah jika ada sesuatu kan nak? Hanya untuk kali ini, ayah ingin sekali Izzah mulai belajar berjilbab. Ayah takut tiba-tiba ayah dipanggil Allah dalam keadaan anak ayah satu-satunya belum berhijab. Nanti ayah diminta pertanggung jawaban sama Allah, ayah akan jawab apa nak?”
Izzah ingat betul mata ayahnya sampai berkaca-kaca saat itu. Karena itulah, tidak butuh waktu lama bagi Izzah untuk menjawab, “Baik ayah. Izzah mulai belajar berjilbab. Tapi jilbabnya gak papa kan dilepas kalau gerah banget?” Izzah bernegoisasi. “Iya gak papa, kalau gerahnya hilang pakai lagi.”
Begitulah akhirnya Izzah memulai debut perdananya ke sekolah dengan berjilbab. Kepalanya penuh dengan tebakan bagaimana reaksi teman-temannya saat melihatnya nanti. Izzah menjadi sangat gugup, lebih gugup dibanding hari pertama masuk sekolah.
“Izzah?” tegur Celine dan Joline, sahabat Izzah saat pertama kali melihat Izzah masuk ke koridor kelas. “Wah aku pangling, kamu jadi anggun banget loh!”
Teman – teman lain mulai mengerumuni Izzah. Dengan cepat Izzah menjadi bintang kelas hari itu. Izzah yang malu, mulai menutupi wajahnya dengan tangan.
“Aku malu, ntar ada yang ejek,” kata Izzah kepada Celine dan Joline di sampingnya.
“Tenang aja, kalau ada yang ejek, biar kita yang hadepin!” sahut Joline.
Izzah tersenyum. Dia sangat bersyukur punya sahabat sebaik mereka.
Di luar prediksi Izzah, hari ini justru menjadi hari terbaik Izzah di sekolah. Sepanjang hari tidak henti-hentinya ada yang menyapa Izzah. Guru – guru Izzah juga banyak yang meminta berfoto dengannya. Foto Izzah diabadikan di majalah dinding sekolah sebagai murid pertama yang berhijab.
Yang terbaik, yang belum disadari Izzah hari itu adalah Izzah menjadi inspirasi bagi teman – teman muslim lainnya. Tidak lama setelah Izzah berhijab, anak-anak lainpun memutuskan untuk mengikuti Izzah. Semua ini berkat keberanian Izzah untuk memulai. Good job, Izzah.
Karya: NR Sangkala.