Kisah Kereta Gigi

“Selamat bekerja dan bersenang-senang!” kata Pak Geraham Tua. Keretaku sudah tiba di tujuan, dan esok saatnya aku bekerja.

Aku bisa melihat dunia! Semua orang menatapku dengan senyuman. Aku dipamerkan kesana-sini,

“Gigi pertamanya sudah muncul!” kata orang-orang dengan kagum.

Aku begitu kuat. Bayi yang memilikiku senang  mengigiti apa saja.

Tentu aku paling senang digunakan untuk menggigit makanan. Sejak ada aku, tubuh bayi ini bisa mencicipi aneka jenis makanan baru. Ia makin sehat dan semakin besar.

Bulan berganti bulan, tahun berganti tahun.

Aku kini tak sendiri. Teman-temanku sudah berdatangan.

Ada si Gigi Seri,

si Gigi Taring,

juga si Gigi Geraham,

kami semua ber Dua Puluh.

Si Bayi juga kini sudah semakin besar.

Ia telah menjadi anak-anak.

Ia masih senang makan berbagai jenis makanan,

namun sayangnya, ia terlalu banyak makan permen dan coklat manis.

juga minuman manis  dan kue kue manis.

Ia juga sekarang malas makan sayuran.

Tak cuma itu , dia  sering lupa sikat gigi!

Sampai suatu malam, aku terkaget.

Badanku sakit.

Ternyata ada bakteri gigi sedang mengigitiku! Walau ukurannya kecil, mereka ada banyak.  Giginya juga kecil-kecil, tapi tajam.

“Hei! Siapa kamu?”  aku begitu marah.

“Jangan marah, kami cuma ingin memakan gula yang menempel di badanmu!”

Aku berharap, pemilikku akan segera menyikat giginya agar monster-monster ini pergi!

Tapi itu jarang sekali terjadi.

Pemilikku sering lupa, malah sering melarikan diri kalau diajak sikat gigi.

Duh!

Hari ini aku merasa demam. Akarku terasa sakit sekali. Para monster telah menggigitiku sampai aku berlubang. Aku tak mau mengigit makanan apapun saat ini.

“Halo, Gigi Kecil!” suara seseorang terdengar di balik sebuah cahaya lampu yang terang.

Aku bertemu Dokter Gigi.

Ia membersihkanku.

Mengobatiku,

Lalu menutup lubang pada tubuhku.

Aku tampak seperti baru.

Alhamdulillah, sejak hari itu, Pemilikku sering menyikat gigi,

Ia tak lagi banyak memakan makanan manis,

monster-monster pun tak pernah datang lagi.

Dan yang paling membuatku senang,

Dia kini senang makan sayuran.

Sayuran mengandung banyak kalsium. Aku jadi makin kuat.

Aku sangat bahagia bekerja di tubuh pemilikku.

Namun, suatu hari, sebuah kereta gigi datang.

Itu bukan kereta Pak Geraham Tua,

Kereta baru itu membawa gigi-gigi yang besar.

Para gigi dewasa.

Mereka semua gagah dan kuat.

Mereka belum terlihat, tapi berbaris di atasku.

Tersimpan di dalam gusi.

“Halo, Gigi Pertama!” sapa gigi dewasa di atasku.

Kelihatannya dia baik.

Nama kami juga mirip.

“Aku Gigi Dewasa Pertama, ” katanya.

Aku tahu, dia yang akan menggantikanku.

Aku jadi sedih.

Untung Gigi Dewasa Pertama sangat menyenangkan.

Ia suka mengajakku berbicara,

menyanyi bersama, juga mengajariku membaca.

Hari demi hari, Gigi Dewasa semakin terasa berat.

“Maaf Gigi Pertama, sudah waktunya aku mendorongmu,”

katanya sedih.

Lama-lama, aku merasakan akarku mulai melemah.

Aku bergoyang-goyang.

Dan suatu hari.

Pluk!

Aku jatuh saat pemilikku memakan roti.

Dari kejauhan, aku bisa melihat si Gigi Dewasa Pertama mengintip.

Ia tampak khawatir.

Tapi aku baik-baik saja.

Pemilikku menggenggamku dengan lembut,

lalu ia menguburkanku di halaman.

Di dekat tanaman selada kesukaannya.

Malam harinya,

Tuut … Tuut,

terdengar suara kereta.

“Kerja bagus, Gigi Pertama!” Pak Geraham Tua menyapa.

Ia membawa kereta yang lebih keren.

Aku senang sekali.

“Kita akan kemana?” aku penasaran.

“Tentu saja ke tempat paling seru. Ke surga para gigi!”

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar