Kotak Bekal Alia

Di baris ketiga sisi kanan kelas, Alia duduk termangu. Ia hanya menatap cemberut kotak bekalnya. “Uuuh, kapan aku bisa jajan di kantin? Setiap hari selalu dibawain bekal sama Mama,” keluhnya. Ia selalu iri melihat Rana, teman sebangkunya yang setiap hari jajan.

Seorang anak perempuan berambut kepang menghampiri Alia. Ia duduk di samping Alia dan meletakkan kotak bekalnya. “Alia, kamu bawa bekal apa hari ini?” tanya anak itu ceria sambil membuka kotak bekalnya. “Kalau aku bawa mie goreng.”

Alia belum sempat membuka kotak bekalnya ketika dua temannya yang lain ikutan duduk di dekatnya.

“Aku juga penasaran hari ini mamanya Alia bikin hiasan apa. Kemarin sosisnya dibikin bentuk kepiting. Lucu, lho!” ujar si rambut keriting sambil mengambil potongan roti dari kotak bekal dan langsung mengunyahnya. “Kalau bekalku cuma roti sandwich bentuk kotak, ha ha.”

“Iya, aku juga bekalnya nasi dan ayam aja. Nggak dihias apa-apa,” tutur anak perempuan berkacamata ikut berkomentar.

Alia terdiam. Setiap hari, teman-temannya selalu penasaran dengan isi bekal yang dibawanya. Sebenarnya ia tahu teman-temannya bukan penasaran pada menu bekalnya, tapi lebih ke ingin melihat hiasan apa lagi yang dibuat Mama.

“Hey, aku juga mau lihat, dong!” seru Rana dengan suara ngos-ngosan. Teman sebangku Alia itu sudah kembali dari kantin. Tangan kanannya memegang plastik berisi somay, sedangkan tangan kirinya memegang plastik berisi es jeruk. Alia menelan ludah melihat jajanan Rana.

“Kamu kok malah bengong sih, Al? Ayo, dong buka kotak bekal kamu. Kita mau lihat!” Teman Alia yang berambut kepang mendesak, diikuti teman-teman yang lain.

“Iya, iya, sebentar.” Alia membuka kotak bekalnya dengan enggan. Ketika kotak itu dibuka, terdengar suara pujian teman-temannya.

“Tuh kan bekal Alia lagi-lagi lucuuu,” puji si rambut keriting “Kali ini ada anak-anak ayam dan hamparan bunga!”

Alia menatap kotak bekal di mejanya. Dalam kotak itu tertata cantik, nasi goreng mentega dengan kacang polong dan jagung pipil. Di atas nasi goreng, ada telur puyuh yang dihias menjadi tiga anak ayam. Dan, hei di sela-sela nasi goreng tersembul potongan wortel berbentuk bunga.

“Wow, keren banget Mama kamu, Al!” teriak Rana.

Alia terdiam. Wajah Mama kini terbayang-bayang dalam pikirannya. Bahkan suara Mama saat memberi kotak bekal ini kembali terngiang-ngiang. “Jangan lupa baca doa sebelum makan, ya, Sayang.”

Ada haru menyelinap di hatinya. Alia tahu setiap pagi Mama sibuk di dapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk tiga anaknya yang sudah sekolah.

“Sst, Al. Kenapa bengong. Cepet dimakan bekalnya! Nanti keburu bel!” tegur Rana mengingatkan.

Setelah membaca doa, Alia mulai memakan bekalnya. Kini rasa asin, gurih dan manis berpadu di dalam lidahnya. Masakan Mama memang lezat.

“Al ….” Terdengar suara Rana memanggil. Alia refleks menoleh. “Aku boleh cicipin nasi goreng kamu?” tanya Rana dengan mata berbinar. Sorot mata itu terlihat berharap. Tanpa berpikir panjang Alia mengangguk dan menyodorkan sendok di tangannya. Senyum lebar menghiasi bibir Rana saat ia menyendok nasi dari kotak bekal Alia.

“Aah, enaaak. Mamamu pinter masak, Al,” tutur Rania yang tak bisa menyembunyikan kegembiraannya. “Terima kasih, Al.” Rana mengembalikan sendok ke Alia dan menyodorkan somaynya. “Eh, ini kamu mau cobain somay Bu Kantin?”

Alia tersenyum dan mengangguk. “Kita tukeran aja, gimana?”

Rana mengangguk. Kotak bekal bertukar posisi dengan plastik berisi somay.

“Besok, aku boleh cobain bekal kamu lagi, ya?” ucap Rana dengan mata berbinar. “Sejak mamaku meninggal, nggak ada yang siapin bekal lagi buat aku. Jadi Papa kasih uang jajan yang banyak.”

Deg!

Ada yang menghentak hati Alia mendengar kata-kata Rana itu.

“Al. Kok kamu malah bengong? Kalau kamu nggak mau, nggak apa-apa, aku bisa makan jajanan di kantin kok,” ujar Rana sambil tersenyum.

“Eh, bukan, bukan itu. Boleh, boleh, kok. Tapi tukeran sama jajanan kamu!”

“Tentu, dong. Deal!” ujar Rana sambil mengacungkan jempol.

Ah, Rana. Alia merasa malu. Padahal betapa beruntung dirinya masih memiliki Mama. Seharusnya ia berterima kasih pada Mama. Setiap hari telah bersusah payah menyiapkan bekal. Bukannya malah sibuk mengeluh.

**

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “Kotak Bekal Alia”

Tinggalkan komentar