Mengejar Idola Cilik Bagian 1

Bab 1 Misi PentingĀ 

Alesha melirik Naya, gadis cilik yang bermata indah itu sedang menangis. Ia sangat merindukan ayahnya.

“Jangan nangis dong, ayo kita bersenang-senang di hari Minggu yang indah ini!” Hibur Alesha, Naya sesenggukan.

Sejak Ayah Naya berangkat kuliah S2 di Belanda minggu lalu, Naya sering mendadak menangis. Biasanya ia sedang tertawa dan bersenang-senang, lalu bila ada hal yang mengingatkannya pada Ayah, ia akan langsung menangis.

“Ayo dong, jangan nangis. Gimana kalau kita mendengar lagu-lagu ciptaan Raina?” Tanya Alesha.

Naya menghapus air matanya dan mengambil ponselnya yang berada di atas meja. Musik-musik yang ceria dan enak didengar itu mulai mengalun, dan Alesha menyanyi dengan gembira.

Naya juga akhirnya ikut-ikutan menyanyi bersama sahabatnya, mereka memutar banyak sekali lagu-lagu dari album Raina Gayatri penyanyi cilik dari Jakarta.

“Ah, seandainya kita bisa ketemu Raina ya? Pasti seru! Aku ingin mewawancarai Raina untuk blogku, aku ingin tahu bagaimana bisa mengatur waktu untuk musik dan pelajaran!” Kata Alesha sambil membayangkan serunya bertemu penyanyi cilik yang kini kelas 8 SMP.

“Ah, sepertinya nggak mungkin..” Lanjut Naya dengan muka lesu, rambutnya yang panjang menutupi mukanya saat Naya menunduk.

“Kenapa kita nggak mungkin ketemu sama Raina? Semuanya itu mungkin! Asal, kita berusaha! Tapi janji, kamu nggak boleh sedih lagi ya!” Seru Alesha, kepala Naya yang menunduk kembali tegak dan ia tersenyum.

“Oh ya, ada kesempatan buat kita! Baru saja aku lihat di Instagram, kalau Raina bakal konser di Semarang. Jadi, ayo kita dapatkan salah satu tiketnya!” Ajak Naya, ia baru saja melihat-lihat akun Instagram milik penyanyi yang beralis tebal itu.

Mereka berunding cara untuk mendapatkan tiket konser yang biasanya lumayan mahal itu, mereka kan tidak punya banyak uang. Hmm.. bagaimana ya?

“Kita berjualan buku KKPK aja, gimana? Kan kita bisa pesan buku penerbit, nanti dibantu Mamaku,” Kata Alesha.

Naya mengangguk-angguk.

Ya, Mama Alesha adalah penulis buku anak. Mereka pun mengumpulkan uang simpanan mereka di celengan, dan hasilnya lumayan untuk modal berjualan buku KKPK.

“Hmmm.. caranya memesan buku di penerbit, gimana ya?” Tanya Alesha, Naya menepuk dahinya.

“Ih, kirain kamu tahu. Sini, aku saja yang memesannya. Mumpung sedang obral! Kamu yang menulis judul-judul yang aku akan beli ya!” Kata Naya, ia duduk di meja sambil memegang ponsel milik Alesha.

Naya mengucapkan satu persatu judul buku, dan Alesha mencatatnya di buku tulis warna merah muda yang baru ia beli.

“Totalnya ada 40 puluh judul buku, cukup nggak ya?” Tanya Alesha, ia menghitung kembali judul buku yang ia sudah tulis tadi.

“Insya Allah cukup, Le. Kita beli segitu aja dulu, nanti kalau ternyata laku baru kita beli lagi.” Kata Naya, ia menekan tombol ‘beli’ di layar ponsel yang mempunyai chasing putih.

Mereka menghitungnya kembali, dan segera menghitung uang mereka. Mereka memastikan uangnya cukup, karena kalau tidak cukup mereka tidak bisa mengambil buku-bukunya. Oh ya, mereka memakai cara pembayaran bayar di tempat.

Alesha dan Naya mengetik nomor telepon dan alamat rumah di layar ponsel, dan barangnya akan sampai dua hari lagi.

“Oke, tinggal tunggu barangnya saja. Jadi, semoga nanti saat jualan lancar ya!” Seru Alesha, Naya mengangguk. Mereka ber-tos ria. Keduanya menunggu komik yang mereka pesan dengan tak sabar.

***

Setelah menunggu tiga hari yang panjang, akhirnya komiknya sampai. Ternyata, ada banyak sekali orang yang sedang menggunakan jasa paket. Pantas saja lama!

Akhirnya setelah komik-komik itu sampai, mereka menghitung dan mencatatnya ulang. Setelah itu, mereka memotret semuanya. Lalu, mereka membagikannya ke grup Whatsapp kelas dan juga beberapa ke akun Instagram Naya.

Beberapa teman sekelas mereka membeli komik mereka, Alesha dan Naya senang sekali! Mereka segera mengantongi komik yang dipesan, dan memasukkannya ke dalam tas besar. Mereka akan membawanya ke sekolah hari Kamis besok.

Karina, teman sekelas Alesha dan Naya memesan sebuah buku komik berjudul ‘Penculikan Azhar’. Karina tampak tak sabar untuk membacanya, ia mewanti-wanti Naya agar segera memberikan komik itu. Naya mencatat pesanan Karina, dan memberitahunya bahwa besok ia tak bisa memberikan Karina komik itu.

“Kenapa? Sudah bagus ada yang beli komik kamu, huh! Pokoknya besok harus ada!” Kata Karina sewot,

Alesha yang mendengarnya kesal. Ya, Komik itu tak bisa diantar besok, karena Karina belum membayar. Ia harus membayarnya, lalu baru Naya bisa memberikan pesanannya. 6

“Terus gimana, masak mau dikasih besok? Kalau dia tidak bawa uang bagaimana? Kan, memang harus beri uang dulu baru bisa dapat komiknya!” Kata Naya sepulang sekolah.

Alesha mencari akal. “Aha! Kita bilang saja sejujurnya, mungkin Karina akan mengerti.” Kata Alesha.

Naya menggeleng. “Tadi, aku sudah menjelaskan tentang itu saat kamu sedang ke toilet. Tapi dia tetap ngotot, sih!” Jawab Naya kesal, ia sangat kesal pada Karina.

“Ya sudah, besok kita bilang kalau bukunya ketinggalan.” Kata Alesha singkat, ia sebenarnya tak ingin berbohong. Tapi, kalau tidak seperti itu pasti Karina akan tetap ngotot.

***

Keesokan harinya, Karina menagih komik pesanannya. Naya telah mengatakan kalau komik itu tertinggal di rumah, ia sengaja tak membawa komik pesanan semua teman-temannya agar Karina percaya kalau komik itu ketinggalan.

“Ugh, dasar ceroboh! Bagaimana sih? Kalian itu niat berjualan atau tidak?” Seru Karina.

Naya hendak menangis. Ia tak terbiasa dibentak-bentak seperti itu.

“Ya, kalau kamu mau cepat diantarkan kamu bayar dong! Kamu mah, cuma main tagih-tagih aja, harusnya kamu juga bayar.” Kata Alesha ketus.

Naya hanya mengangguk sambil menahan air mata yang hendak jatuh.

“Eits! Kan pembeli adalah raja! Jadi suka-suka aku dong, mau bayar kapan!” Karina melotot ke arah Alesha.

“Ya tidak bisa begitu, kan ini usaha kami. Kami membeli buku-buku itu dan menjualnya lagi, kalau kamu bayar telat kan kami yang rugi.” Kata Naya sedikit ketakutan.

Karina mendengus. “Pokoknya besok harus sudah ada! Kalau tidak, aku akan melaporkanmu ke kepala sekolah karena menipuku.” Ancam Karina. Alesha hanya memutar bola matanya.

Bersambung ke Bab 2

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar