Mentiko Betuah (Cerita Rakyat Aceh)

Mentiko Betuah

(Beby Haryanti Dewi)

 

Dahulu kala, Anjing, Kucing, dan Tikus bersahabat. Mereka tinggal di istana Kerajaan Simeulue sebagai penjaga batu ajaib milik Pangeran Rohib. Batu ajaib itu diberi nama Mentiko Betuah. Berkat Mentiko Betuah, Pangeran Rohib memiliki kekuatan yang luar biasa.

Pangeran Rohib mendapatkan Mentiko Betuah dari Raja Ular yang ditemukannya di hutan. Kala itu, Pangeran sedang dalam perjalanan untuk berdagang. Pangeran melihat anak-anak kampung sedang menganiaya hewan-hewan. Pangeran pun memberi mereka uang agar mau melepaskan hewan-hewan malang tersebut. Akhirnya, uang Pangeran pun habis.

Pangeran Rohib lalu sadar, tidak ada lagi uang yang bisa dipakai untuk modal berdagang. Pangeran pun menangis. Saat itulah, seekor ular besar datang. Ular besar yang ternyata adalah Raja Ular tersebut mengetahui kebaikan hati Pangeran pada hewan-hewan. Raja Ular pun mengeluarkan Batu Mentiko Betuah dari mulutnya, lalu memberikannya kepada Pangeran.

Batu Mentiko Betuah lalu ditempatkan di dalam kotak kaca dan diletakkan di atas meja kecil berkaki tinggi di istana Kerajaan Simeulue. Batu seukuran bola golf itu berwarna hijau, bercahaya sangat indah, meskipun bentuknya tidak bulat sempurna. Anjing, Kucing, dan Tikus selalu berjaga-jaga di sekitarnya.

Suatu hari, Pangeran Rohib berpikir, Mentiko Betuah tidak cukup aman berada dalam kotak kaca. Meskipun ada Anjing, Kucing, dan Tikus yang menjaganya, tetapi bisa saja sewaktu-waktu ada orang yang berhasil mencurinya. Pangeran berniat menjadikan Mentiko Betuah sebagai mata cincin yang akan dipakainya, sehingga batu ajaib itu bisa selalu bersamanya.

Pangeran Rohib lalu memanggil Tukang Emas ke istana. Pangeran memesan sebuah cincin padanya—dengan Mentiko Betuah sebagai mata cincin. Pangeran pun menyerahkan Mentiko Betuah kepada Tukang Emas. Anjing, Kucing, dan Tikus—yang melihat Mentiko Betuah dibawa pulang oleh Tukang Emas—menjadi waswas. Selama ini, tidak ada seorang pun yang diizinkan menyentuh Mentiko Betuah. Bahkan, mereka juga tidak pernah—hanya menjaganya. Benar saja, cincin bermata Mentiko Betuah tidak pernah diserahkan ke istana. Tukang Emas tidak pernah kembali lagi. Rupanya, diam-diam, dia membawa Mentiko Betuah kabur.

Pangeran Rohib sangat marah dan gelisah. Tanpa Mentiko Betuah, kekuatannya berangsur melemah. Pangeran lalu memerintahkan Anjing, Kucing, dan Tikus untuk mencari Mentiko Betuah yang hilang.

“Jangan kembali sebelum berhasil!” titah sang Pangeran.

Anjing, Kucing, dan Tikus mulai bekerja sama. Anjing bertugas melacak jejak, Kucing mendengarkan setiap suara dan menguping pembicaraan orang, sementara Tikus memeriksa semua lubang. Setelah cukup lama mencari, akhirnya mereka menemukan jejak di tepi sungai. Anjing mengendus-endus jejak itu dan mengenali baunya. Kemudian, mereka mengikuti jejak itu melewati jembatan gantung hingga ke seberang sungai.

Di seberang, mereka menemukan sebuah gubuk yang mencurigakan. Anjing, Kucing, dan Tikus mengintip melalui celah dinding gubuk tersebut. Mereka terkejut melihat Tukang Emas sedang duduk di kursi goyang. Dia tertidur nyenyak dengan mulut terbuka. Di dalam mulutnya ada cincin bermata Mentiko Betuah!

Mereka pun mengendap-endap masuk ke dalam gubuk. Kemudian, Tikus naik ke bahu Tukang Emas, lalu menggelitiki hidung Tukang Emas dengan ekornya. Sementara itu, Kucing dan Anjing berjaga-jaga.

“HAAATSYIHHH!” Tukang Emas bersin keras sekali. Cincin itu terlempar keluar dari mulutnya. Kucing cepat-cepat menggigit cincin itu dengan taringnya dan membawanya kabur.

“Hei, berhenti!” teriak Tukang Emas yang baru terbangun.

Sayangnya, cincin di mulut Kucing terjatuh. Kucing hendak mengambil kembali cincin itu, tetapi Tukang Emas langsung menangkapnya. Tikus menyelamatkan cincin tersebut dengan sigap. Dia menyimpan cincin itu di dalam mulutnya. Kemudian, Tikus naik ke ketiak Tukang Emas. Tukang Emas merasa kaget dan kegelian sehingga akhirnya Kucing terlepas.

Ketiga sahabat berlari dikejar Tukang Emas melewati jembatan gantung. Jembatan bergoyang keras sehingga Tukang Emas kesulitan menjaga keseimbangan. Dia pun terjatuh ke sungai. Anjing, Kucing, dan Tikus berhasil pergi dengan selamat.

Akhirnya, cincin bermata Mentiko Betuah berhasil dibawa ke istana. Pangeran Rohib segera memakai cincin tersebut di jarinya. Wajah Pangeran yang selama ini murung langsung berseri-seri. Pangeran memuji kekompakan Anjing, Kucing, dan Tikus dalam melaksanakan perintahnya. Pangeran lalu memberikan hadiah masing-masing sekantong uang emas untuk mereka.[]

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar