Mila dan Perang Kucing

Mila tidak suka kucing. Bulu-bulu kucing membuatnya geli. Kalau ada kucing mendekat, Mila berlari ketakutan. “Mamaaa, tolong! Kucing itu mengikutiku terus!”

Hampir setiap hari, ada kucing yang mampir di teras rumah Mila. Mila selalu mengusirnya. “Huussh, huussh, pergi sana!” ujar Mila sambil membuka pintu sedikit. Kucing itu hanya menatapnya. Lalu, ia kembali tidur-tiduran santai sambil menjilat-jilati tubuhnya. Mila kesal sekali.

“Mama, kenapa kucing itu sering datang ke sini, sih?” gerutunya.

“Mungkin, dia gemas sama Mila yang pipinya tembem,” canda Mama. Mila cemberut. Sesekali dia mengintip kucing itu dari jendela.

Suatu hari, Mila melihat sesuatu yang bergerak-gerak cepat di antara pot-pot tanaman di teras.

“Mama, itu apa, ya, yang bergerak-gerak di sana?” tanya Mila. Dia dan mamanya lalu perlahan-lahan mendekati pot-pot tanaman di teras. Ketika sesuatu itu muncul, Mila dan mamanya langsung berteriak bersamaan, “TIKUUUS!”

Mereka berdua lalu cepat-cepat masuk ke rumah. “Aduh, gawat kalau ada tikus. Nanti lama-lama bisa masuk ke rumah,” kata Mama, khawatir. Mila jadi cemas juga. Dia teringat di rumah neneknya pernah ada tikus. Tikus itu menggerogoti barang-barang hingga rusak. Tikus itu juga membuat rumah neneknya jadi kotor. Hiii… Mila takut dan jijik membayangkan kalau ada tikus di rumahnya.

“Nanti kalau Papa sudah pulang kantor, Mama akan minta pasang perangkap dan lem tikus,” kata Mama.

“Tapi, Ma, Papa baru pulang sore. Kalau tikusnya lama-lama mendekat ke pintu, bagaimana?”

“Benar juga, ya, Mila. Aduh, bagaimana, ya?”

Mila lalu mengintip dari jendela, memperhatikan pot-pot tanaman di teras. “Bagaimana caranya mengusir tikus itu, ya?” pikirnya dalam hati.

Setelah berpikir sambil mengernyitkan keningnya, Mila mendapat ide. Dia lalu bergegas mengambil dua kantong plastik kecil di dapur. Dia kemudian membungkus kedua telapak tangannya dengan kantong-kantong plastik itu. Mama terheran-heran melihatnya.

“Mila pergi ke depan dulu, ya, Ma,” ucapnya. Dia pelan-pelan membuka pintu dan menutupnya kembali dengan cepat. Di teras, dia berjalan mengendap-endap. Mama mengintip dari jendela.

Mila berjalan ke depan rumahnya. Dia menengok ke kanan dan ke kiri. Matanya lalu menatap ke satu arah. Dia pun pergi ke sana.

Tidak lama kemudian, Mila kembali ke rumahnya. Mukanya meringis. Kedua tangannya yang terbungkus plastik membawa… kucing! Ya, itu kucing yang biasa mampir di teras rumah Mila. Mila sebenarnya geli memegang kucing itu meskipun tangannya sudah memakai kantong plastik. Tetapi, apa boleh buat, kali itu Mila membutuhkan bantuan si kucing.

Mila lalu pelan-pelan meletakkan kucing itu di dekat pot-pot tanaman. Kucing itu terlihat mengendus-endus. Mila memperhatikan dengan tegang. Si kucing bergerak menyelip di antara pot-pot tanaman. Dan… sat, set, sat, set! Terjadilah perang antara kucing dan tikus!

Si kucing memburu si tikus dengan gesit. Si tikus terlihat berusaha menyelamatkan diri. Akhirnya, si tikus melesat kabur keluar dari halaman rumah. Si kucing terus mengejarnya. Mila dan mamanya berseru girang, “Horeee… Tikusnya kabur!”

Beberapa saat kemudian, kucing tadi kembali ke rumah Mila. Mila menatapnya dan berkata, “Baiklah, kamu sudah berjasa. Jadi, hari ini, kamu boleh tiduran di teras dan aku traktir makan!”

Mila lalu membawakan piring kertas berisi nasi dan irisan-irisan ikan untuk si kucing. Si kucing mendekat.

“Eits, jangan dekat-dekat. Aku tetap enggak suka sama kamu, ya,” ujar Mila sambil meletakkan piring itu dengan tangan terentang jauh. Si kucing langsung melahap makanan di piring. Mila masuk ke rumah dan memperhatikan dari jendela. Tanpa disadarinya, Mila tersenyum melihat kucing itu makan.

“Cieeeh, katanya enggak suka kucing. Kok, senyum-senyum melihatnya.” Mama menggoda Mila. Mila pun tertawa malu-malu.

Penulis: Lita Maha

Foto: Master1305/Freepik

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar