Oto-Bot

Profesor Teri seorang ilmuwan jenius. Namun, ia juga pelupa. Ia membuat sebuah robot serbaguna yang diberi nama Oto-Bot. Sayangnya, ia lupa bagaimana cara menghidupkan si robot. Catatannya pun terselip entah ke mana. Profesor Teri sibuk mencari kertas catatannya dari laboratorium kerja, kamar tidur, ruang makan, ruang tamu, dapur,  hingga gudang atas.

Dani cucu professor Teri. Dia masuk laboratorium untuk minta tolong. Dia mencari sang kakek untuk mengerjakan PR matematika yang sulit. Dani melihat sosok berdiri menghadap jendela. Ia mengira itu kakeknya. Dani mengendap-endap dan mengejutkannya.

Dooor…Kakek Teri!” Dani mendorong pinggang sosok itu.

Sosok itu tidak melompat terkejut atau berteriak kaget. Sosok itu jatuh menabrak meja tanpa gerakan. Bunyi jatuhnya pun mengejutkan Dani.

Klontang! Seperti bunyi kaleng beradu. Punggungnya menabrak kaki meja. Sehingga terdengar suara seperti tombol dipencet. Klik.

Dani jadi bingung melihatnya. Sosok yang jatuh itu bukan kakek Teri. Tapi kaleng besi yang bisa bergerak.

“Halo…halo…halo…” ulang kaleng besi itu dengan suara mesin komputer. Ia melambai tangan dan duduk tegak.

“Hei, kamu robot buatan kakek Teri, ya?” Dani kegirangan. Ia seperti bertemu seorang teman. Ia mengulurkan tangan dan menarik robot itu berdiri.

“Namaku Dani. Kamu siapa?”

Robot mengangguk. “Halo, Dani. Aku Oto-Bot, robot serbaguna. Dibuat oleh Professor Teri. Aku bisa membersihkan rumah. Bisa juga bermain bola.”

Dani girang bukan kepalang. Dengan adanya robot ini, dia bisa bebas tugas. Dia bisa main sepanjang waktu.

“Bisakah kau mengerjakan PR matematika?” Dani menyodorkan buku tulisnya di meja. “Lalu kita bisa main bola.”

Oto-Bot melihat buku matematika Dani, “Aku bisa. Tapi bateraiku lemah. Aku bisa hidup sampai 15 menit lagi.”

“Mana charger-mu?” Dani mengelilingi laboratorium kakek mencari semacam pengisi daya laptop. Setelah berputar selama sepuluh menit ia bisa menemukan pengisi daya yang pas buat Oto-Bot. Lubang pengisi daya ada di punggung Oto-Bot.

“Isi aku selama 24 jam. Dalam keadaan mati agar tidak panas berlebih,” kata Oto-Bot menunjuk tombol di punggungnya.

“Tidak usah. Bateraimu bisa diisi sambil mengerjakan PR matematika. Biasanya main tab sambil nge-charge juga tak apa, kok.” Dijejalkannya pensil di tangan Oto-Bot.

Mata Oto-Bot bergerak memindai 10 soal matematika di hadapannya. Menghitung luas dan volume bangun  ruang. Tak ada sepuluh menit, Oto-bot sudah sampai soal nomor sembilan. Tulisan Oto-Bot juga rapi. Seperti mesin pencetak.

“Peringatan! Panas berlebih. Panas berlebih. Panas berlebih. Cabut… kabel pengisi daya…  dari.. soket!” Oto-Bot memberikan peringatan.

Sayangnya, Dani terlambat memahami peringatan Oto-Bot. Dia sibuk melihat kecanggihan Oto-Bot bekerja. Dalam bayangannya, Ibu guru dan teman-teman memuji jawaban PRnya.

Oto-Bot diam tak bergerak. Padahal tinggal satu nomor lagi. Bau gosong tercium di hidung Dani. Punggung Oto-Bot berasap. Dani cepat-cepat mencabut aliran listrik.

“Oh, tidak! Bukuku gosong!” erang Dani. Dilihatnya tangan besi Oto-Bot juga berasap dan meninggalkan bekas hitam di buku Dani.

Dani ketakutan. Dia melakukan dua kesalahan. Yang pertama, dia tidak mendengarkan peringatan Oto-Bot. Seharusnya dia mengisi daya baterai dalam keadaan mati. Yang kedua, dia merusak robot buatan kakek. Akibatnya, bukunya gosong. Belum lagi Dani mendapat amarah dari kakek.

“Dani, apa yang kau lakukan di laboratorium kakek tanpa izin?” terdengar suara kakek Teri tiba-tiba.

Dani tertunduk. Ia takut kakek marah padanya. Tapi ia tak punya alasan untuk lolos dari kemarahan Kakek. Dani pun menceritakan kejadian Oto-Bot berasap dengan jujur. Ia juga ikhlas mendapat hukuman.

Mata Kakek membulat, “Jadi kau tadi menghidupkan Oto-Bot? Kau bercakap-cakap dengan Oto-Bot? Dan Oto-Bot memintamu menge-charge baterainya?”

Dani terkejut saat Kakek menepuk kepalanya dengan bangga.

“Kamu jenius, Dani! Kakek dari seminggu lalu bingung menghidupkan Oto-Bot. Ternyata kamu berhasil melakukannya. Nanti, setelah kamu selesaikan PR, bantu kakek memperbaiki Oto-Bot.”

Dani mengangguk lega dan cepat kembali ke kamarnya. Untung ia berkata jujur pada Kakek. Kali ini Dani mengerjakan PR sendiri dengan semangat. Ia tidak sabar membantu Kakek memperbaiki Oto-Bot.(*)

*) Cerpen ini pernah dimuat di Kompas Anak edisi Minggu 13 Desember 2015

Bagikan artikel ini:

4 pemikiran pada “Oto-Bot”

Tinggalkan komentar