Raksasa dan Bajunya yang Kekecilan

Pada zaman dahulu kala, di sebuah desa, hidup seorang raksasa. Dia raksasa satu-satunya dan hidup sebatang kara. Sudah tidak punya ibu, ayah, maupun saudara.

Makin lama, tubuh si raksasa semakin besar. Bajunya sudah kekecilan, juga sobek di sana sini. Tapi, tak ada yang bisa memberikannya baju raksasa. Padahal sedang musim kemarau. Panas begitu menyengat.

Saat sedang bekerja menata pepohonan, si raksasa merasa letih dan ingin istirahat di sebuah bukit, Namun, baru saja ia duduk, raksasa itu langsung terlonjak kaget.

“Aw.. aw!” katanya sambil memegangi bokongnya. Saat mencoba mencari tahu sumbernya, dia melihat seorang nenek berdiri di sana dengan wajah takut-takut.

“Maaf, tadi kamu menduduki jarum-jarumku,” kata si nenek hati-hati.

Itu baru pertama kalinya si raksasa mengetahui tentang jarum. Ternyata si nenek adalah seorang penjahit. Si raksasa ingin bisa membuat baju sendiri, maka ia pun meminta si nenek mengajarinya.

Si nenek dengan sabar mengajari si raksasa. Si raksasa pun dengan tekun memperhatikan si nenek. Sambil bekerja, si raksasa mengumpulkan kain-kain bekas yang dia temukan. Ia berencana untuk membuat sendiri pakaiannya. Sayang, kain bekas yang ia temukan masih terlalu sedikit. Si Raksasa belum bisa membuat pakaian.

***

Hari itu sinar matahari amat sangat terik. Mungkin yang paling terik selama musim kemarau. Angin juga berembus kencang. Si raksasa sedang membantu warga menggali tanah untuk mencari air. Baju si rakssasa yang sudah semakin kekecilan dan robek sana sini itu pun basah oleh keringat.

Tiba-tiba, Raksasa mendengar jeritan para hewan dan permintaan tolong dari orang-orang. Alangkah kagetnya si raksasa, rupanya hutan di bawah bukit kebakaran. Sungai sudah mengering sehingga orang-orang tak bisa memadamkan api.

Tanpa pikir panjang, si raksasa melepas baju satu-satunya yang basah oleh keringat itu ke atas hutan.

Hap.

Baju Si Raksasa yang basah itu mematikan api hutan dalam sekejap. Orang-orang bersorak kegirangan seaya berterima kasih pada si raksasa.

Raksasa yang kini sudah tak punya baju lagi pun tersenyum. Ia bersyukur tak terjadi kebakaran hutan. Ia lalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.

Esok harinya, saat bangun tidur, si Raksasa terkejut. Warga desa sudah berkumpul di depannya. Pak Kepala desa membawa sebuah kain yang berwarna-warni.

“Hai Raksasa, terimalah hadiah dari kami. Ini tanda terima kasih kami, atas bantuanmu kemarin,”

Si Raksasa menerima kain itu. Matanya berbinar-binar. Terntata, itu adalah pakaian baru untuknya. Semalaman para warga mengumpulkan pakaian mereka, lalu bekerja sama untuk menjahitnya sehingga tersambung satu sama lain. Si Raksasa  lalu memakai baju itu dengan sangat bahagia. Ia juga semakin sayang dan disayangi oleh warga desa.

Bagikan artikel ini:

2 pemikiran pada “Raksasa dan Bajunya yang Kekecilan”

Tinggalkan komentar