Sastra Pada Era Digital

Sastra pada sebuah bangsa akan mencerminkan tinggi rendahnya peradaban bangsa itu sendiri. Oleh karena itu, dunia sastra adalah lingkup yang tak akan pernah ada matinya. Para pemerhati, pencinta, dan penggiatnya akan terus berupaya agar dunia sastra tetap menjadi warna dalam sendi-sendi kehidupan.

Sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang keberadaannya didukung oleh dua unsur, yaitu bahasa dan seni. Diusung oleh dua unsur itu maka sastra pun hadir dan dibaca oleh mereka yang membutuhkannya. Dua unsur ini pula yang membuat para penulis menggali kreativitasnya agar karya sastra yang mereka ciptakan mampu menembus minat pembacanya. Tidak terkecuali pada dunia sastra anak yang menjadi cikal bakal pembentukan dan pengembangan peradaban tersebut.

Khusus karya cerita untuk anak, cerita anak merupakan salah satu jenis karya sastra anak. Untuk itu butuh perhatian khusus juga dalam perkembangan dan eksistensinya. Agar sastra anak tetap hidup dan bisa menembus kancah dunia, gerakan pendukung yang terpenting seperti minat baca dan kreativitas penulis pun tidak bisa diabaikan. Dua sisi pengusung majunya dunia karya sastra anak ini pula yang menjadi perhatian khusus. Gerakan minat baca menjadi upaya yang terus digaungkan di tiap-tiap kota di seluruh nusantara. Terutama minat baca pada anak-anak.

Selanjutnya minat baca terus bergerak mengikuti kemajuan zaman dan perkembangan teknologi. Buku sebagai media baca semakin hari semakin bersaing dengan media digital. Daya tarik visual dari buku-buku sastra anak versi cetak kian bersaing dengan sajian versi digital yang lebih interaktif. Anak-anak semakin hari semakin terbius oleh kemudahan dalam mengakses kebutuhan bacaannya lewat media digital.

Sebelum membahas lebih jauh tentang bagaimana keterkaitan karya sastra, terutama sastra anak dengan perkembangan media bacanya, kita pahami terlebih dahulu apa itu media digital. Menurut Wikipedia, media digital adalah media yang dikodekan dalam format yang dapat dibaca oleh mesin. Media digital dapat dibuat, dilihat, didistribusikan, dimodifikasi dan bisa bertahan pada perangkat elektronik digital.

Dalam era modern, kombinasi internet dan komputasi personal, menyebabkan media digital membawa dampak pada perkembangan selera baca. Media digital sudah memasuki sendi-sendi kehidupan masyarakat luas mencakup hampir seluruh rentang usia. Ini membuktikan bahwa media digital merupakan era baru dalam sejarah industri yang disebut sebagai era informasi. Masyarakat pun digiring pada era paperless. Sehingga produk informasi, bahan bacaan, mau tidak mau akan didistribusikan dan dikonsumsi berbasis komputer.  Lebih majunya lagi, bisa diakses lewat hape dan praktis dibawa kapan, di mana, dan ke mana pun.

Karya-karya sastra yang terus lahir dari para sastrawan, termasuk para penulis sastra anak semakin mudah menembus pasar di kancah perbukuan level dunia. Media digital menembus ruang, waktu dan dimensi. Kemajuan itu yang perlu dimanfaatkan untuk memperkenalkan karya-karya sastra anak bangsa di mata dunia.

Bacaan sastra sebagai karya yang terus diperjuangkan agar mampu mempertahankan eksistensinya, maka kreativitas lagi-lagi adalah modal utama yang sangat menentukan. Jika bukan penulis, ilustrator, penerbit dan pemangku kepentingan terkait, siapa lagi yang akan mampu memperjuangkan karya-karya sastra tersebut untuk tetap hidup, bahkan mampu bersaing dengan sastra dunia.

Lagi-lagi perkembangan dan kemajuan teknologi, khususnya di bidang sajian informasi dan bahan bacaan tentu sangat berpengaruh pada karya-karya tulis, khususnya karya sastra. Kita tidak boleh mengalah pada kemajuan tersebut. Justru di era digital ini, kita seharusnya bergembira. Penyajian konten cerita dalam format buku digital justru memiliki potensi strategis untuk didistribusikan secara lebih luas dan menarik.

Tidak sedikit upaya yang sudah dilakukan oleh para pegiat literasi termasuk pegiat sastra anak. Mereka tidak pernah menyerah meskipun zaman sudah menggiring keberadaan mereka ke era digital. Sebagai bukti nyata, sudah banyak karya-karya sastra termasuk sastra anak yang didistribusikan secara global. Karya-karya sastra yang ditampilkan secara global memiliki nilai-nilai universal dengan tetap mempertahankan karakteristik masyarakat Indonesia. Sehingga gagasan-gagasan yang disampaikan mudah diterima atau bahkan diadopsi oleh banyak bangsa.

Berangkat dari gagasan tersebut maka para sastrawan tidak saja mengembangkan kemampuan literasi namun juga mampu beradaptasi dengan teknologi. Sehingga ide atau gagasan yang muncul dapat diterjemahkan melalui penggunaan platform teknologi. Demikian juga halnya dengan sastra anak. Pengembangan kemampuan visual motorik dan psikologi melalui produk-produk literasi tidak lagi terbatas dalam produk-produk cetak, melainkan harus sudah menggunakan perangkat teknologi yang ramah anak. Sehingga dunia sastra tidak menjadi asing dan tumbuh berkembang sesuai dengan tumbuh kembang anak.

Karya dalam bentuk cerita memiliki kekuatan dalam menyampaikan pesan. Maka pendekatan bercerita memiliki peran penting untuk menyampaikan informasi. Efek dari penyampaian informasi ini pula yang pada akhirnya berperan dalam pembentukan karakter dan moral anak.

Bagaimana agar penyajian konten karya sastra tersebut mampu menyentuh kepekaan anak sebagai pembaca? Kemajuan teknologi di era digital mampu memberikan solusi. Konten cerita yang disajikan ke dalam buku digital mampu menghadirkan tampilan yang lebih menarik. Mau tidak mau, harus diakui bahwa tampilan buku cetak memiliki keterbatasan dalam menampilkan gambar-gambar secara visual. Karya sastra seharusnya juga mampu menyajikan konten teks, gambar, suara, bahkan animasi dan video. Fakta ini membuat buku-buku karya sastra dalam format digital akan lebih memperkaya konten serta mampu menyampaikan pesan secara maksimal.

Dalam menembus pasar di kancah dunia, karya-karya di era digital tentu bisa lebih diberdayakan. Khusunya karya sastra anak yang diharapkan mampu memberikan gambaran kepada dunia bahwa dunia sastra anak Indonesia masih bergeliat dan hidup hingga saat ini. Dengan memanfaatkan teknologi di era digital, kesustraan anak memiliki kesempatan untuk maju dan berkembang secara global dengan membawa pesan-pesan universal dalam balutan karakteristik dan tipikal masyarakat Indonesia. []

Note:
Esai yang saya tulis ini lolos pada Seleksi Terbuka Calon Peserta Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (MUNSI) III, Tahun 2020. 
Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar