Sepasang Suami-Istri Beranak Banyak

 

Pada zaman dahulu kala, hiduplah sepasang suami-istri beranak banyak. Saking banyaknya, mereka sampai tidak bisa menghitungnya. Setahun sekali sang istri selalu melahirkan. Terkadang dia melahirkan 2 anak kembar, sesekali 3 anak kembar, bahkan dia pernah melahirkan 5 anak kembar sekaligus. Sepasang suami-istri itu sudah menikah selama sepuluh tahun. Bisa dibayangkan betapa banyak anak yang mereka miliki.

Mereka adalah sepasang suami-istri yang bisa dibilang miskin. Rumah mereka kecil, berdinding anyaman bambu dan beratap daun kelapa kering. Ajaibnya, rumah sekecil itu mampu menampung semua anggota keluarga yang banyak itu. Dan—ini yang lebih penting—meskipun miskin, kehidupan mereka bisa dibilang baik-baik saja. Mereka masih bisa bertahan hidup sebagaimana mestinya.

Hingga suatu hari, sambil menggendong anaknya yang masih bayi, sang istri berkata kepada sang suami, “Aku hamil lagi.”

Mendengar berita itu sang suami senang bukan main. Dia langsung keluar rumah, menemui orang-orang, dan berkata, “Istriku hamil lagi! Aku akan punya anak lagi!”

Orang-orang geleng kepala. Mereka saling berbisik.

“Bukankah anak dia sudah banyak?”

“Bukankah dia miskin dan rumahnya sangat kecil?”

“Bagaimana dia bisa menghidupkan anak-anaknya nanti?”

Bisikan demi bisikan itu menyebar begitu cepat seperti angin dan akhirnya sampai ke telinga raja dan ratu yang tidak memiliki anak.

“Sepasang suami-istri miskin itu memiliki anak lagi, padahal anak mereka sudah banyak,” kata Ratu kemudian, “mungkin kita bisa meminta anak mereka yang sedang dikandung itu.”

Raja mengangguk setuju.

Keesokan harinya, Raja berkunjung ke rumah sepasang suami-istri beranak banyak itu dan mengatakan betapa dia dan Ratu ingin sekali memiliki anak yang sedang dikandung itu.

“Apa pun yang kalian inginkan akan kami beri,” kata Raja kemudian. “Asalkan, kalian mau memberikan calon anak kalian kepada kami.”

Sang istri terlihat bingung. Dia menatap sang suami sambil terus mengelus-elus perut.

Sang suami menarik napas panjang, lalu berkata, “Paduka Raja yang saya hormati, anak adalah anugerah yang tidak akan bisa ditukar dengan apa pun. Kami memang miskin, tetapi anak-anak kami lebih berharga daripada kekayaan yang akan Paduka berikan. Sejujurnya, saya tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana kalau kita tanya anak itu langsung? Sebab, bukankah setiap anak berhak menentukan hidupnya sendiri, meskipun dia masih berada di dalam kandungan.”

Setelah itu, sang suami menatap perut sang istri dan bertanya, “Nak, kamu pasti sudah mendengar percakapan kami. Bagaimana menurutmu? Setelah lahir nanti, apakah kamu ingin tinggal bersama Raja dan Ratu di dalam istana? Atau, kamu ingin tinggal bersama orangtua dan saudara-saudaramu di rumah kecil ini?”

Anak di dalam kandungan sang istri menjawab, “Ayah, meskipun setiap anak berhak menentukan hidupnya sendiri, tetapi aku tidak akan bisa hidup tanpa ada perjuangan hidup dan mati seorang ibu. Itu sebabnya, izinkan aku untuk bertanya kepada Ibu.”

Kemudian anak yang berada di dalam kandungan itu bertanya kepada ibunya, “Bagaimana, Ibu? Apa yang harus aku lakukan? Apa pun jawaban Ibu, pasti akan aku turuti. Sebab, setiap Ibu pasti menginginkan yang terbaik bagi setiap anaknya.”

Sang istri mengelus perutnya sendiri, menatap mata sang suami, lalu menoleh ke arah raja. “Paduka Raja yang saya hormati,” kata sang istri kemudian. “Saya tidak bisa jauh dari anak-anak yang lahir dari rahim saya sendiri. Bagaimana kalau saya juga ikut tinggal di istana bersama suami saya?”

Raja mengangguk dan tersenyum. “Tentu saja boleh!” katanya.

Setelah itu, sepasang suami-istri beranak banyak itu pun pindah dan tinggal di istana bersama Raja dan Ratu. Mereka tidak lagi hidup dalam kemiskinan. Raja dan Ratu pun tidak lagi hidup dalam kesepian.

Melihat kejadian itu, orang-orang pun ingin memiliki anak banyak agar bisa tinggal di dalam istana. Namun, semuanya sudah terlambat.

(*)

Bagikan artikel ini:

3 pemikiran pada “Sepasang Suami-Istri Beranak Banyak”

  1. Jawaban si Ibu, “Saya tidak bisa jauh dari anak-anak yang lahir dari rahim saya sendiri.” Jadi keingat sama salah satu sanak saudara yang punya banyak anak, sedangkan kakaknya sendiri sampai sekarang belum punya anak satu pun.

    Semoga siapa pun keluarga yang sedang berjuang memiliki anak, tetap sabar dan segera dikaruniai keturunan yang saleh salihah. Aamiin.

    Balas

Tinggalkan komentar