#TalisCerpen Langkah Kecilku

“Yeeeeey”

Akhirnya hari minggu tiba.

Aku selalu menantikan hari ini karena aku senang ayah dan ibu selalu menyiapkan misi kecil yang berharga untuk aku nikmati di hari liburku.

“Jadi, apa misi kita hari ini ayah?”tanyaku

“Hari ini misi kita adalah menyelamatkan para ikan.” ucap ayah

“Apa yang terjadi ayah? Kenapa para ikan perlu diselamatkan?” Aku bertanya penuh penasaran.

“Saat ini, populasi ikan di sungai sudah semakin langka. Untuk itu, kita harus menjaga kelestarian mereka dengan langkah kecil ini”.

“Jadi kita akan pergi ke sungai?yeeeey!” Aku bersorak senang.

Sungai yang kami tuju tidak jauh dari rumah. Hanya butuh waktu sekitar lima menit untuk sampai kesana.

Sepanjang perjalanan, aku sangat menikmati asrinya desaku. Pagi yang tenang, karena kami berangkat dari rumah pukul 5 pagi. Pagi itu belum banyak kendaraan yang melintas. Udara yang kita hirup masih terasa sangat segar. Semilir angin menambah sejuknya udara pagi. Meski matahari pagi belum menyapa, kicau burung sudah mulai terdengar. Ah, indahnya alamku..

Ternyata berjalan tanpa alas kaki juga menyenangkan. Aku jadi bisa merasakan tanah tempat kakiku berpijak. Lembut, meskipun sesekali aku meringis jika menapaki bebatuan yang keras. Sesekali terdengar beberapa orang menyapa ayah dan ibu. Sungguh, tinggal di desa itu, sesuatu yang sangat aku syukuri.

Tak berapa lama, kami berjalan turun, melewati tiga sampai empat petak sawah, sampai akhirnya kita berdiri di atas tebing. Jalan menuju sungai, tinggal beberapa langkah lagi. Kita hanya perlu menuruni anak tangga yang kata ibu, sudah ada sejak ibu kecil. Meskipun sungai ini sudah banyak berubah, keelokannya selalu memanjakan mata.

“Wah, airnya jernih sekali ayah”

“Semoga alaminya sungai ini, terus terjaga ya nak” Ucap ayah penuh harap.

“Bolehkah aku mandi disini bu?”

“Boleh dong..ibu juga mau.” ucap ibu

“Ibu juga?Hahaha. Sabunnya ada bu?”

“Menurut yahya, boleh tidak kita mandi di sungai pakai sabun?”

“Eh iya..hihi..aku lupa bu..”

“Memangnya kenapa ya kalau kita mandi pakai sabun?”

“Sabun dan detergen menurunkan kandungan oksigen dalam air. Artinya, ikan akan sulit mendapatkan oksigen untuk bernafas. Wah, dengan tidak mandi di sungai pakai sabun, berarti kita juga menyelamatkan para ikan ya yah?”

Aku masih ingat, aku pernah membaca tentang hal ini dalam bukuku, Confidence in Science.

“Betul, nak”

Aku tersenyum.

Sayang, kata ibu, beberapa orang masih menggunakan sungai ini untuk keperluan mandi dan mencuci baju. Sampah bekas detergen, terlihat di beberapa titik.

“Oke, misi kita kali ini adalah membersihkan sampah plastik yang mencemari sungai.  Yahya sudah siap?”

Ayah terlihat begitu bersemangat.

“Siap komandan” Aku berlagak macam prajurit komando yang memberi hormat. Ayah dan ibu tertawa senang.

Ya. Hari itu kami membersihkan sampah-sampah yang mencemari sungai. Kalian tentu sudah tau, sampah organik seperti daun, ranting, batang pohon, tidak butuh waktu lama untuk terurai, karena akan membusuk seiring waktu. Sedang sampah plastik, butuh waktu 500 hingga 1.000 tahun untuk dapat membusuk. Bisa kalian bayangkan bukan betapa lamanya? Dan sampah-sampah ini, akan mengalir menuju satu tempat, yaitu laut. Aku tidak berani membayangkan sampah-sampah ini akan membuat para penghuni laut tersiksa.

Akhirnya, sampah-sampah telah terkumpul. Aku menyeka keringat karena matahari sudah kian meninggi. Sebelum pulang, aku melompat ke dalam air sungai. Airnya yang jernih, sungguh menyegarkan. Aku menikmati akhir perjalanan ini dengan dengan sangat lega. Dari ayah dan ibu, aku belajar untuk menikmati indahnya alam, tanpa merusaknya.

Langkah kecilku, memang belum seberapa. Tapi langkah kecil ini, tentu membawa sedikit perubahan. Tentu akan lebih berarti, jika kita melangkah bersama.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar