#TalisCerpen Saat Robin Tidak Ada

Hai, namaku Jenna. Aku adalah gadis cilik berkacamata dan berambut panjang bergelombang. Sudah satu bulan ini, aku bisa lebih bersantai dan tidak perlu membereskan kamar. Itu semua karena sekarang di rumah ada Robin, robot yang bisa mengerjakan semua tugas rumah. Ayah sengaja membeli robot itu untuk membantu membereskan rumah, karena Ayah dan Ibu harus pergi bekerja sangat pagi, sehingga mereka sering kewalahan mengurus pekerjaan rumah.

Namun ada yang aneh dengan kakak laki-lakiku, yaitu Kak Jhona. Mengapa ia tetap membereskan dan membersihkan kamarnya sendiri? Padahal di rumah sudah ada Robin.

“Kakak ngapain sih, cape-cepe beresin kamar? Kan udah ada Robin,” tanyaku saat Kakak sedang merapikan meja belajarnya.

“Agar aku tahu di mana letak barang-barang milikku. Apabila suatu hari membutuhkannya, aku tidak akan sulit mencarinya.” jawab Kak Jhona santai.

“Ya, kan tinggal suruh Robin saja buat ambilkan barang yang Kakak butuhkan.” kataku kesal sambil berlalu meninggalkan Kakak.

Misalnya seperti pagi ini, saat membutuhkan sesuatu, maka aku tinggal memberi perintah saja pada Robin.

“Robin, ambilkan kaos kaki anti keringat milikku!”

Dengan sigap, Robin segera membuka salah satu laci yang ada di kamarku. Kemudian mengambil kaos kaki berwarna biru muda.

Lalu ketika pulang sekolah, saat aku meletakkan sepatu roketku sembarangan. Dengan cekatan, Robin segera mengambil sepatu itu. Kemudian meletakkannya di rak sepatu.

Setiap habis bermain di kamar pun, aku tidak pernah membereskan mainanku kembali. Begitu juga apabila telah selesai belajar, aku akan membiarkan komputer tablet-ku tergeletak begitu saja. Karena Robin akan membereskan semuanya.

Namun pada suatu pagi, Robin tidak nampak sama sekali. Aku mencarinya ke seluruh sudut ruangan.

“Kamu lagi cari apa?” tanya Kak Jhona heran.

“Robin di mana, Kak? Kok di tempat biasa tidak ada?” tanyaku gelisah.

“Lho kamu tidak tahu? Tadi pagi-pagi sekali, Robin dibawa Ayah karena robot itu rusak.” jawab Kakak sembari memakai sepatu roketnya.

“Rusak?” aku menatap tak percaya.

“Iya. Tadi setelah Ibu selesai memasak, harusnya Robin meletakkan makanan di meja makan, namun ia malah memasukkan makanan tersebut ke dalam bak mandi. Robot itu sudah tidak bisa memproses perintah dengan benar.” jelas Kakak. Ia berangkat sekolah terlebih dahulu, karena sudah janjian dengan temannya akan berangkat bersama.

Lalu aku segera berlari ke kamar.

“Duh, di mana sih seragam sekolah anti keringatku? Sekarang kan musim panas, aku harus pakai seragam itu,” aku mengobrak-abrik lemari pakaianku.

Beberapa saat kemudian, “Ah sudahlah! Aku pakai seragam biasa saja.” Lalu aku menarik seragam berwarna perak. Setelah selesai, aku langsung mengambil ransel yang tergeletak di bawah meja belajar, lalu pergi ke sekolah.

Akhirnya sampai juga di sekolah, namun aku datang terlambat. Lalu dihukum menyapu halaman belakang sekolah.

“Kenapa hari ini sial banget sih? Ini semua karena Robin rusak!” aku bersungut-sungut.

Keesokan paginya, aku mengobrak-abrik kamarku kembali.

DUG!

“Aaaw …,” aku mengerang kesakitan. Kelingking kaki kananku kepentok kaki meja.

“Di mana sih, kacamataku? Aku jadi gak bisa lihat dengan benar nih,” aku meringis sambil memegangi kelingking kakiku. Lalu kuperiksa ransel yang tergeletak di kolong meja belajar.

“Komputer tablet-ku mana? Kok tidak ada.” Aku mengeluarkan seluruh isi ransel dan membuka laci-laci meja belajarku.

“Gawat! Jangan sampai tidak ada. Semua tugas sekolah ada di sana.” Aku semakin panik, kemudian kuraba kolong lemari pakaianku.

“Hih! Apa itu?” Tanganku menyentuh sesuatu yang kenyal. Kemudian dari kolong kasur keluarlah seekor tikus.

“Aaaaahh ….” Aku terkejut dan sontak mundur ke belakang.

BRUK!

“Aaaww …,” aku berteriak kesakitan karena menginjak mainan berbentuk UFO berwarna hitam, dan kakiku terkilir.

“Huaaaah …,” aku menangis sambil memijat-mijat pergelangan kaki yang sakit.

“Ada apa?” Kakak menghampiriku. Lalu sambil menangis tersedu-sedu, kuceritakan apa yang terjadi pada Kakak.

Kakak segera mengambil alat pijat otomatis dan memasangkannya pada kakiku.

“Sekarang kamu istirahat dulu, ya! Biar Kakak bantu rapikan kamarmu,” kata Kak Jhona lembut.

“Maafkan aku, Kak! Harusnya aku mencontoh Kakak untuk selalu membereskan kamar tanpa mengandalkan Robin, hiks … hiks … jika aku membereskan kamarku sendiri, aku tidak harus repot mencari barang-barang yang aku butuhkan,” kataku sambil menangis penuh penyesalan.

“Dan juga, jika kamu rajin membersihkan kamar, maka tidak akan ada tikus di sini,” kata Kakak sambil mengedipkan mata kananya. Aku tertunduk malu.

Mulai sekarang, aku berjanji pada diriku sendiri tidak akan mengandalkan Robin lagi. Aku akan merapikan, membereskan, dan membersihkan kamarku sendiri. Karena itu semua adalah tanggung jawabku.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar