Bunga Pukul Empat
Saya hitam.
Saya bersembunyi di dalam tanah.
Gelap, pengap.
Dulu, saya disimpan.
Sekarang diabaikan.
Saya menunggumu lama.
Lama.
Dan semakin lama.
Namun, tidak kamu cari.
Saya bosan menunggu.
Saya yang bulat.
Kini berubah.
Saya menemukan celah.
Menyembul ke atas tanah.
Saya si biji bunga pukul empat.
Menjadi tinggi.
Bercabang panjang.
Bunganya warna-warni.
Kamu bilang bunganya sangat menawan.
Kini, setiap sore.
Kamu bergantian menunggu.
Satu persatu bunganya mekar.
Senyummu terpancar.
Sekarang, saya senang.
Setiap sore, kamu selalu datang.