PETUALANGAN DOLLABELLA [Part 2 : Mencari Sayap Priamus]

Part 1 Cerbung ini bisa dibaca di https://paberland.com/petuah-bunga-untuk-alana/

Mata bulat berwarna biru itu pelan-pelan terbuka saat azan subuh berkumandang. Namun, saat menyadari “bantal”nya terasa licin dan keras, segeralah Nabiella terduduk. 

“Iyuuuh … Jorok banget sih, Biel!” omelnya pada diri sendiri. Sebuah noda berbentuk pulau kecil tercetak dalam semalam di lembar buku Ensiklopedia Kupu-kupu favoritnya. Nabiella tertidur saat asyik mengkhayalkan pertemuaan dengan kupu-kupu hijau dengan ulasan hitam di sayap atasnya dan totol-totol hitam di sayap bawahnya, incarannya selama ini. 

“Rusak, deh!” katanya sambil mengelus foto Kupu-kupu Sayap Priamus yang kini jadi keriting. Dia menyesal sudah lupa sikat gigi semalam. Ya, “pulau” itu adalah sisa genangan liurnya sendiri. Ah, sudahlah, tak usah kita bahas lagi soal itu. Bau.

“Nabiellaa! lima menit lagi!” Terdengar suara ibu memanggilnya dari lantai bawah. 

“Iya, Bu!” Gadis kecil yang sebentar lagi berusia 11 tahun itu segera menjawab panggilan ibunya tanpa menunda.  

Disambarnya handuk dan pakaian yang sudah ia siapkan sejak semalam. Kaus warna hijau lumut dan celana kargo dengan motif camo, plus kerudung hijau senada, dituntaskan dengan jaket yang juga hijau. Setelan favoritnya saat bermain di alam. Saking favoritnya,  Nabiella memiliki 5 pasang baju, celana, dan kerudung dengan warna dan model yang persis sama di lemarinya. 

Tepat lima menit Nabiella sudah siap di bawah. Ayah sudah menunggu, rapi dengan baju shalatnya. “Selamat pagi Princess Hijau,” goda ayah Nabiella. Bibir Nabiella malah mengerucut.

 “Aku bukan princess, Ayah. Aku ilmuwan petualang,” jawab Nabiella kesal. 

“Oke!” jawab Ayah Nabiella sambil menepuk kepala anaknya yang agak tomboy itu. “Ayo kita segera ke Masjid. Kita akan langsung ke Hutan Verdola sesudah shalat nanti.” 

Nabiella segera menggendong tas dan mengalungkan kameranya. Ibu menyiapkan bekal untuk sarapan dan makan siang. Nabiella mengintip sedikit. “Sandwich tuna pedas!  Mantap!” lalu diintip juga kotak makan siangnya “Wah, nasi rendang!” Nabiella segera memasukkan kotak bekal ke tas gunungnya, lalu mencium tangan ibu dan berpamitan. “Terima kasih Ibu. Assalamu’alaikum!”

 Nabiella segera berlari dan naik ke boncengan sepeda ayahnya. 

***

Cicit riuh burung-burung seolah menyambut kedatangan mereka. Kulitnya yang putih diterpa cahaya matahari yang baru mulai terbit. Dihirupnya udara Hutan Verdola dalam-dalam sambil memejamkan mata dan merentangkan tangan, “Aaah segarnyaa!” Suara Nabiella begitu keras dan lepas, hampir saja membuat burung burung di dekatnya beterbangan.

“Waduh,” suara Ayah terdengar khawatir. Beliau merogoh saku dan tas pinggangnya. “Biel, kelihatannya ponsel Ayah tertinggal. Ayo kita ke rumah dulu!”

“Aku tunggu di sini saja, Yah. Sambil menunggu, aku ingin memotret bunga-bunga dan ilalang ini,” Nabiella menunjuk bunga-bunga marigold yang tumbuh di tepi hutan Verdola.

Ayahnya berpikir sejenak, lalu berbicara dengan serius. “Princess Petualang, dengar Ayah, ya. Ayah tahu kamu sudah biasa menyusuri aneka tempat sendirian. Tapi kali ini tempat yang kita tuju ada di sisi hutan yang belum pernah Nabiella jelajahi, jadi …”

“Iya, iya, aku nggak akan masuk sendirian, kok! Pokoknya Ayah cepetan ambil ponsel itu, lalu kembali ke sini.”

“Oke. Ayah akan minta Pak Lindung menemanimu dulu, ya!” kata Ayah sambil menujuk sebuah pos jaga di ujung jalan. Nabiella mengangguk. 

  Sejak pertemuannya dengan Ying Yue, Nabiella sebenarnya sudah terbiasa berpetualang sendirian di Dollisola. Namun, kali ini ia harus mematuhi ayahnya. Tak ingin membuang waktu, Nabiella segera asyik mengambil foto. Sungguh mengherankan bagaimana bunga-bunga yang indah itu sama sekali tidak ditanam dengan sengaja. Aneka jenis serangga yang bermain di sekitar bunga menambah rasa kagumnya. Nabiella terus melangkah ke dalam hutan sambil sesekali melongok ke belakang. Ia masih bisa melihat tempatnya turun tadi. Pak Lindung tentu akan mudah menemukannya. 

Pak Lindung adalah petugas penjaga hutan Verdola. Pekan lalu,  beliau bilang pernah melihat kupu-kupu hijau di sekitar Air Terjun Dolla. Nabiella sangat berharap kupu-kupu itu adalah Kupu-kupu Sayap Priamus yang ia cari. Beliau juga memberitahu bahwa Air Terjun Dolla ada di arah utara.  Pohon bunga dahlia tumbuh di sepanjang jalan menuju ke sana. 

Nabiella  terus berjalan. Ia senang merasakan basah embun dedaunan di jari-jarinya, mendengar suara gemerisik rumput dan semak di tiap langkahnya, juga menikmati sinar matahari pagi yang menerpa wajahnya, mengintip dari sela-sela pepohonan. 

Nabiella terus memotret satu persatu objek menarik yang temui. Tupai yang asyik berlarian, burung-burung yang mencari makan di tanah, sarang burung hantu, sesekali juga terlihat rusa  yang melongokkan wajahnya karena penasaran. Sungguh menggemaskan. 

Akan tetapi, Nabiella juga menemukan sampah. Duh, tega sekali orang yang membuang sampah di tempat seindah ini, pikir Nabiella sambil memungut sampah itu dan memasukkan ke dalam wadah sampah di tasnya. 

Setelah setengah jam berlalu, barulah Nabiella sadar bahwaia sudah masuk terlalu jauh ke dalam hutan. Pak Lindung sama sekali belum terlihat. Apalagi Ayah. Ah, tanggung! Tanpa pikir panjang, Nabiella memutuskan melanjutkan perjalanan sendirian. Lagipula, Pak Lindung dan Ayah sudah tahu tujuannya. Nabiella yakin, pasti tak lama lagi salah satunya menyusul.

Nabiella mengecek kompasnya untuk memastikan ia berjalan ke arah yang tepat. Saat melihat kompas, tiba-tiba perutnya berbunyi. Nabiella segera mencari tempat untuk makan. Tak jauh darinya ternyata ada batu besar yang cocok sekali diduduki. Dengan santai ia lepas tasnya, lalu duduk dan menikmati sandwich tuna pedas. Bagi Nabiella, makanan itu harus pedas, barulah bisa disebut enak. 

Bismillaah,” ucap Nabiella dengan takzim. Dalam 10 menit Nabiella sudah kenyang dan kembali siap melanjutkan perjalanan setelah meneguk minuman. Baru saja akan kembali berjalan, Nabiella menghentikan langkah karena telinganya mendengar suara gemericik air. Matanya langsung mencari asal suara air itu. Nabiella berharap itu suara air dari sungai, bila ia sudah menemukan sungai tentu sedikit lagi sampai di air terjun. 

Setelah yakin akan asal suara itu, Nabiella melangkah dengan semangat. Awalnya hanya suara gemericik, namun lama kelamaan mulai terdengar seperti arus! Nabiella mempercepat langkahnya sehingga sesekali ia jatuh terantuk akar atau menginjak genangan air. Tapi semua itu terbayar saat akhirnya ia sampai di tepi sungai. 

Mata birunya membelalak berbinar-binar, bibir merah tipisnya terbuka melihat begitu banyaknya kupu-kupu yang beterbangan di sekitar sungai. Tak hanya kupu-kupu, bunga-bunga pun mekar penuh warna. 

Kupu-kupu itu dengan lincahnya terbang dari satu bunga ke bunga lainnya. Warna warni pula sayap para kupu-kupu itu. Nabiella tak kuasa menghentikan jepretan kameranya. Terlalu bagus untuk dilewatkan. Sayang, Kupu Sayap Priamus belum juga muncul.

***

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar