“Ma, kita ambil ya,” kata Faizal pada mamanya, melihat seekor anak kucing tanpa induk di dalam sebuah kardus yang terletak di pinggir jalan, ketika Faizal dan mamanya melewati sebuah gang sepulang dari pasar.
“Apa sih, Zal. Kotor begitu,” kata Mamanya enggan.
“Tapi Ma, kucing itu lucu. Kita juga udah lama nggak punya hewan peliharaan. Lagian, kasihan kan kalau dia dibiarkan di sini sendirian. Nggak ada yang ngasih makan,” bujuk Faizal.
Mama menghela napas. “Oke, tapi kamu harus janji ya. Rawat dia dengan baik!”
Faizal mengangguk mantap. “Pasti deh, Ma!”
Faizal bergegas mengambil kucing malang itu dan menggendongnya. Kucing itu terus saja mengeong hingga Faizal memberinya susu sesampainya di rumah. Faizal memberi nama kucing dengan rambut berwarna cokelat belang putih itu Jeko.
Sudah seminggu lebih Jeko tinggal di rumah Faizal. Makluk imut itu sudah mulai menyukai Faizal, namun sebaliknya, Faizal sudah mulai tak bersemangat merawatnya. Faizal memang suka begitu, sesaat dia sepertinya menyukai sesuatu, namun tak lama kemudian dia sudah bosan sendiri. Faizal kembali mulai sibuk dengan dirinya sendiri lagi, seperti baca komik, main game, main ke rumah teman, sehingga Mama lah yang jadi repot mengurusi Jeko.
Sebulan dengan cepat berlalu. Akhir-akhir ini Faizal baru menyadari ada sesuatu yang sekarang jarang terlihat di rumahnya, dan sesuatu itu adalah Jeko. Dia sudah lama tidak melihat kucing itu di rumahnya beberapa hari belakangan ini.
Suatu sore, saat Faizal pulang main dari rumah temannya dia melihat Mirna, tetangga sebelah rumah sedang asyik bermain dengan seekor kucing kecil yang mirip sekali dengan Jeko. Dengan rasa penasaran, sesampainya di rumah, Faizal mencoba mencari Jeko. Ke mana saja, termasuk di halaman belakang rumahnya, tapi kucing lucu itu tak juga ketemu.
“Mah, Jeko mana sih?” tanyanya ke Mamanya setelah lelah mencari. Setelah Jeko tak ada, dia baru merasa kangen.
“Lho, dia kan kucing kamu, Zal. Mestinya kamu yang lebih tahu dia ada di mana?” Mama malah balik bertanya.
“Ih, mama. Izal kan baru pulang dari rumah teman,” rajuk Faizal. “Tapi ma, tadi waktu Izal lewat rumahnya Mirna, dia kok lagi main sama kucing yang mirip Jeko ya?”
“Coba saja kamu liat benar-benar, siapa tau itu memang Jeko,” saran Mama.
Faizal mengangguk dan dia pun pergi ke rumah Mirna. Saat itu Mirna sedang memberi makan kucing yang tadi diajaknya bermain.
“Jeko! Jeko! Sini, sayang!” seru Faizal yakin kalau kucing itu Jeko.
Kucing cokelat belang putih itu menatapnya sekilas, lalu berbalik kembali menikmati makanannya. Faizal jadi kecewa.
“Manggil siapa kamu, Zal? Kalau kucing ini namanya Kimpul,” terang Mirna.
“Kimpul? Kok, namanya nggak keren, sih?” kata Faizal.
“Ih, biarin. Suka-suka aku dong, aku kan pemiliknya,” tukas Mirna.
“Kamu, pemiliknya? Yang benar saja, Jeko itu milikku. Aku yang menemukannya sebulan kemarin di pinggir jalan,” kata Faizal agak emosi.
Mirna mengernyitkan dahinya, “Jangan bercanda, Zal. Kimpul itu milikku. Sudah sejak seminggu yang lalu dia datang ke sini. Pasti, gara-gara pemilik sebelumnya nggak merhatiin dia.”
Dibilang seperti itu Faizal jadi tersinggung. Dia tiba-tiba mengambil Jeko. “Terserah kamu mau bilang apa, tapi Kimpul, eh, Jeko ini milikku!”
Si kucing yang dibawa Faizal mengeong-ngeong bingung. Mirna diam berpikir. Mungkin benar kata Faizal kalau sebenarnya kucing itu miliknya, tapi kan Kimpul sendiri yang datang ke sini. “Aku punya ide, Zal,” seru Mirna.
“Apa?!” tanya Faizal galak.
“Daripada kita ribut-tibut begini, mending begini saja. BagaMirnaa kalau kita berdua sama-sama jadi pemiliknya Kimpul. Yang menemukan dia, mungkin benar memang kamu, tapi akhir-akhir ini kayaknya kamu kerepotan mengurus dia sendirian. Nah, kalo pas kamu nggak bisa, biar aku saja yang merawatnya dia. Ya ngasih makan, minum, ngurusin kotorannya.”
“Jadi intinya, kita mesti berbagi kasih sayang?”
“Ya, begitulah,” kata Mirna. Setelah dipikir-pikir, akhirnya Faizal mengangguk setuju. Sebenarnya memang benar kata Mirna, Faizal kurang perhatian dengan Jeko, karena sibuk sendiri. Dengan adanya Mirna mereka bisa berdua bisa sama-sama menjadi pemilik Jeko atau Kimpul, sekaligus merawatnya.