Gunung Kuning Lezat Untuk Ayah

Dimas melihat kalender dengan gembira. Ah, besok hari ulang tahun Ayah! Ia ingin sekali memberikan hadiah istimewa untuk Ayah.

“Bu, kita jadi membuat tumpeng untuk Ayah, kan?” tanya Dimas.

“Iya, Dimas. Kita mulai membuat setelah adikmu selesai mandi sore,” jawab Ibu.

Ketika hari menjelang sore, Ibu mengeluarkan aneka bahan  untuk membuat tumpeng nasi kuning. Ada ayam, kentang, dan tempe mentah. Tidak ketinggalan aneka bumbu dapur untuk dihaluskan. Ibu juga memiliki bumbu kuning yang sudah dihaluskan untuk memasak nasi kuning.

Dimas sudah bisa membayangkan lezatnya ayam ungkep, perkedel kentang, dan kering tempe yang nikmat. Dimas berjanji akan membantu Ibu memasak hari ini.

“Ibu akan memasak lauk pelengkapnya dulu, ya. Tolong ayam ini dicuci sampai bersih. Ibu membuat bumbu halusnya,” kata Ibu.

Dimas segera bergegas. Ia mencuci ayam dengan air mengalir. Setelah bersih, ayam itu diletakkan dalam wadah bersih. Ketika hendak masuk ke dapur, ia mendengar suara keras.

“Pyar!!”

Rupanya cobek batu milik Ibu baru saja pecah. Adik yang masih balita tidak sengaja memecahkannya. Untunglah, kaki adik tidak terluka.

“Aduh, Ibu hanya punya satu cobek saja. Bumbu halusnya harus dibuat sekarang,” kata Ibu. Wajahnya terlihat bingung.

“Bisakah memakai alat ini untuk alas menghaluskan bumbu?” tanya Dimas sambil mengulurkan telenan kayu.

“Bumbunya tidak akan bisa halus. Kita harus mencari cara lain,” jawab Ibu.

Hmm, hari sudah sore. Pasar juga sudah tutup. Bagaimana caranya Dimas bisa membantu Ibu, ya?

“Oh, Ibu ingat. Blender bisa dipakai untuk menghaluskan bumbu. Tapi rasanya tidak seenak dengan yang dihaluskan dengan cobek,” seru Ibu.

“Coba aku googling dulu, Bu. Bagaimana caranya membuat bumbu blender yang enak seperti bumbu uleg,” kata Dimas.

Ia mulai mencari di google. Aha! Dimas menemukan cara untuk membuat bumbu  blender yang enak!

“Masukkan bumbu dan air ke dalam blender. Mari kita kerjakan!” seru Dimas

Ups, ternyata hasilnya masih kurang lembut. Olala, ternyata Dimas salah membaca perintah.

“Ternyata tidak memakai air, Bu. Kita bisa memakai sedikit minyak saat memblendernya.”

“Tidak apa-apa, Nak. Mari kita kerjakan bersama-sama!” kata Ibu sambil menuangkan bahan bumbu dan sedikit minyak ke dalam blender. Hore! Bumbunya sudah menjadi halus.

Setelah itu, Ibu mulai merebus ayam dan bumbu halus tersebut dengan api kecil. Memang perlu kesabaran dalam membuatnya. Dimas segera ingin tahu hasil masakannya.

Akhirnya ayam matang juga. Setelah dicicipi, bumbu ungkepnya enak sekali. Gurih dan merasuk ke dalam ayam.

Ibu tersenyum gembira, sementara Dimas melompat kegirangan. Ayah tetap bisa menikmati gunung kuning lezat esok pagi.

“Terima kasih, Dimas. Berkat bantuanmu, Ibu tetap bisa membuat bumbu ayam yang enak. Tinggal membuat perkedel dan kering kentang untuk malam ini.”

“Iya, Bu. Besok pagi aku akan membantu Ibu mencuci beras untuk nasi kuning. Oh ya, aku juga bisa menjaga adik saat Ibu menggoreng semua lauk tumpeng,” janji Dimas.

Esoknya, mereka sekeluarga  menikmati gunung kuning yang nikmat. Dimas merasa bangga melihat tumpeng nasi kuningnya. Ia merasa bahagia, bisa membantu Ibu membuat masakan yang lezat untuk Ayah.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar