Ibu Perjan Yang Suka Usil

Ada sepasang suami istri bernama Pak Perjan dan Bu Perjan. Ibu Perjan amatlah usil. Ia punya kekuatan untuk mengubah diri menjadi apapun. Pada suatu hari di pagi buta, Pak Perjan giat bekerja membelah kayu bersama tetangga lain. Ibu Perjan malah timbul usilnya. Ia mengubah diri menjadi memedi (sebutan mahluk halus bagi penduduk setempat) untuk menakut-nakuti orang yang sedang bekerja.

Sebagian orang memang lari ketakutan, tapi Pak Perjan tidak. Dia mengambil parang lalu melemparkannya ke arah mahluk yang menakuti-nakutinya itu.

Selama ini, Pak Perjan memang tidak tahu istrinya punya kelebihan sehingga dia tidak tahu kalau itu sebenarnya, istrinya. Sayang seribu sayang, kelebihan istrinya tidak digunakan untuk tujuan baik.

Parang yang dilempar Pak Parjan rupanya mengenai hidung Bu Perjan yang sedang berganti wujud. “Aduuuh,” teriaknya kesakitan.

Pak Perjan kembali bekerja. Menjelang siang, Pak Perjan pulang untuk mengisi perutnya yang lapar. Di rumah, ia mendapati istrinya sedang menangis.

“Kenapa menangis?” tanya Pak Perjan.

“Tadi, waktu aku sedang memetik daun untuk sayur makan siangmu, tiba-tiba hidungku tersambar pisau,” kata Bu Peran sambil menahan sakit.

Pak Perjan tidak berpikir macam-macam. Dia kira hidung Bu Perjan tersambar pisau karena tidak hati-hati.

Makin lama, luka di hidung Bu Perjan semakin membengkak. Dan, tentu saja sakitnya bukan main. Tetapi, Bu Perjan malah memanfaatkan kesempatan ini. Istri pemalas itu merengek hingga membuat Pak Perjan kerepotan.

“Tolong buatkan aku bubur,” rengek Bu Perjan.

Akan tetapi, ketika sudah dibuatkan, Bu Perjan menolak memakannya.

“Terlalu asin!” katanya memberi alasan.

Pak Perjan kembali ke dapur dan menambahkan air supaya bubur itu tidak keasinan, tapi begitu selesai …

“Kurang garam!” kata Bu Perjan.

Begitu seterusnya, ditambah air, kurang garam, ditambah garam keasinan. Meskipun begitu, Pak Perjan tetp sabar, dan … olala … bubur itu dimakan Bu Perjan sampai habis lima belas mangkuk.

Ibu Perjan memang gemar sekali mengaanggu orang, bahkan suaminya sendiri. Herannya, sebanyak itu makan bubur, Bu Perjan belum juga kenyang. Lama kelamaan Pak Perjan jengkel juga.

“Gara-gara kamu, aku tidak mengurus ayam-ayamku,” katanya.

“Ya sudah, sana urus ayam-ayam kamu. Tinggalkan aku sendiri!” sahut Bu Perjan sangat tidak sopan.

Ibu Perjan rupanya masih lapar. Ia pergi ke dapur dan mencari sisa bubur, tetapi, yang tertinggal dalam periuk hanya tinggal kerak bubur. Saking laparnya, Bu Perjan memasukkan kepalanya ke dalam periuk untuk menjilati sisa dan kerak bubur.

Sisa dan kerak bubur dalam periuk habis dijilati Ibu Perjan. Dan ketika akan mengeluarkan kepala … “Aduuuh!” teriak Ibu Perjan panik, dia tidak bisa mengeluarkan kepalanya.

Tidak lama kemudian Pak perjan pulang. Ia sangat terkejut karena tangis Ibu Perjan sangat keras. Lebih heran lagi, kepala istrinya itu tertutup periuk.

“Bagaimana ini?” teriak Pak perjan.

“Aduh, kepalaku tertimpa periuk dan tidak bisa dikeluarkan!” teriak Bu Perjan bohong. “Tolong, bantu aku mengeluarkannya!”

Periuk itu benar-benar tidak bisa dilepas. Jalan satu-satunya harus dipukul hingga pecah.

“Ayo, ikut aku keluar!” kata Pak Perjan.

“Hendak kau apakan aku?” teriak Bu Perjan, yang tidak bisa Melihat karena tertutup periuk.

Duaaar! Pak Perjan memukul periuk itu dengan tongkat. Pukulannya yang terlalu keras bukan cuma membuat periuk itu pecah, tapi kepala Bu Perjan pun terkena tongkat Pak Perjan.

Bu Perjan pusing tujuh keliling. Dia pingsan. Dan ketika siuman, dia baru sadar kalau perbuatannya selama ini sudah kelewatan dan sangat merepotkan suaminya. Apa kalian ingin seperti Bu Perjan? Kalau saya, sama sekali tidak!

(Cerita Rakyat dari Bali Indonesia)

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar