Marsel Sakit Mata

Marsel segera berlari keluar saat mendengar bel pulang sekolah berbunyi. Hari ini dia teringat bahwa Mama akan membuatkan kue risoles. Jangan ditanya, kue buatan Mama sangat enak sekali. Untuk itu, Marsel selalu membawa bekal makanan setiap hari ke sekolah.

Namun, meski masakan Mama enak, ada sayur yang tidak mau dimakannya, wortel. Mama menasihatinya untuk tidak memilih-milih makanan.

“Wortel itu bagus untuk mata karena banyak Vitamin A-nya, Marsel.”

“Ih, enggak mau, Mama. Rasanya aneh begitu,” balas Marsel.

Begitu terus alasannya apabila Mama mengingatkan Marsel.

Mama juga tidak habis akal, setiap memasak sop, sayur asem, atau tumisan, wortel tak lupa untuk disertakan. Namun, tetap saja. Wortel akan disisihkan Marsel di pinggir piring.

* * *

Marsel sering bermain game di hape. Meskipun telah diingatkan untuk membagi waktunya, terkadang Marsel juga lupa diri. Mama pun juga sering mengingatkan Marsel agar tidak terus-terusan melihat hape.

Hingga suatu hari, dia merasa bahwa matanya terasa perih, berkedut, dan sakit.

“Ma, mataku terasa sakit.”

Mendengar begitu, Mama Marsel memeriksanya. Dilihatnya mata Marsel agak merah.

“Iya, mata Marsel agak merah. Sudah jangan dikucek dulu, takutnya tambah bikin merah,” ucap Mama.

“Tapi rasanya enggak enak, Ma,” rengek Marsel.

“Sudah, berhenti dulu pegang hapenya. Nanti sore kita ke dokter,” sahut Mama.

Marsel pun menyerahkan hape lalu pergi ke kamarnya untuk tidur dulu.

Mama lalu menuju ke dapur untuk merebus air. Ketika sudah mendidih, Mama menuang air panas ke baskom dan menambahkan air dingin. Mama menuju kamar Marsel dan duduk di sebelahnya. Mama mengompres mata Marsel menggunakan air hangat.

“Ah, rasanya nyaman, Ma,” ucap Marsel.

Setelah beberapa saat, Marsel pun tertidur.

* * *

Sore harinya, Marsel dan Mama pergi ke dokter mata. Setelah menunggu beberapa saat, nama Marsel pun dipanggil dengan Mbak Perawat.

Awalnya Marsel takut melihat alat yang ada.

Ada alat yang digunakan untuk melihat mata. Mbak Perawat memintanya meletakkan dagu di depan alat itu dan Marsel disuruh untuk melihat ke dalam lubang yang ada lensanya.

“Nanti akan ada cairan yang disemprot, yaa” ucap Mbak Perawat.

Tiba-tiba, “Srot…” ada cairan yang disemprotkan ke mata kirinya.

Marsel kaget. Dagunya terangkat. “Hah…?!” serunya.

Mbak Perawat tersenyum mendengarnya, “Kaget, yaa. Itu tadi obat untuk mata yang sakit. Coba sekarang yang kanan juga. Dagunya ditempel lagi, yuk,” ucap Mbak Perawat.

Marsel meletakkan dagunya kembali. Lalu, “Srot…” ada cairan yang disemprotkan ke mata kanannya. Tetap saja, Marsel kaget saat cairan itu disemprotkan.

“Nah, sudah,” ucap Mbak Perawat, “apa yang dirasakan di matanya?”

“Rasanya gatal dan kadang sakit,” jawabnya.

“Ada perihnya?”

“Kadang-kadang,” jawab Marsel.

Setelah itu, Marsel ditanya deretan huruf dari yang terbesar hingga yang paling kecil. Saat melihat huruf yang paling kecil, Marsel bisa menjawab sebagian, sebagian lagi kabur.

“Sudah, cukup. Setelah ini bertemu dengan dokternya, yaa,” jelas Mbak Perawat.

* * *

Marsel dan Mama lalu masuk ke ruangan dokter. Dokternya ramah dan tidak seseram yang dibayangkan Marsel.

“Selamat sore, dengan siapa ini?” tanya dokter ramah.

“Marsel, Dokter,” jawab Marsel.

“Marsel tadi sudah diperiksa Mbak Perawat, ya?”

Marsel mengangguk.

“Iya, ini sepertinya mata Marsel kecapaian. Sering main hape?” tanya dokter lagi.

“Iya, Dokter.”

“Untuk main hapenya dikurangi dulu, yaa. Hape bikin matanya capek. Jadi enggak boleh terus-terusan. Harus ada waktu istirahatnya.”

“Dokter, agar matanya tidak lelah, apa saja yang harus dilakukan?” tanya Mama.

“Tentu saja harus dibatasi waktunya. Sehari cukup 15 menit. Tidak boleh lebih. Lalu apabila menggunakan hape, usahakan dengan pencahayaan yang terang, tidak gelap. Agar mata nyaman, bisa juga dikompres dengan air hangat. Jarak hape dengan mata juga dijaga tidak terlalu dekat,” jelas dokter.

“Marsel, biar matanya sehat, juga banyak makanan yang mengandung vitamin A, seperti wortel.”

Mendengar dokter memberi tahu kalau harus makan wortel, mata Marsel langsung membelalak dan mulutnya membuka lebar.

Melihatnya seperti itu, dokter tertawa. “Kenapa? Marsel tidak suka wortel?” tanya dokter.

Marsel mengangguk-angguk dengan lemah.

“Pertama kali makan wortel, memang terasa aneh rasanya. Namun, lama-kelamaan akan nyaman. Nanti dicoba makan sedikit-sedikit dulu. Matanya biar sehat, harus cukup dapat vitamin A, yaa,” jelas dokter.

Setelah dari dokter mata, Marsel akhirnya mulai mencoba makan wortel. Awalnya dia merasa mual. Namun, mengingat tidak enaknya mata yang kurang sehat, Marsel memaksakan diri untuk senang makan wortel. Lama-kelamaan, Marsel pun menyukai wortel seperti sayuran yang lain. Sekarang dia tidak memilih-milih makanan lagi.

Bagikan artikel ini:

Tinggalkan komentar