SELOTO, Bab 8. Satu Koin Emas

BAB 8, Satu Koin Emas  Aku bersembunyi dan bersandar di balik batu hitam. Gelisah, bingung, dan berharap Orbunis datang. Peluangku tipis. Tapi apa salahnya bila menunggu? Matahari semakin tinggi. Belum ada tanda-tanda kedatangan Orbunis. Bersabar menunggu, makan sedikit demi sedikit irisan daging rusa panggang. Sungguh, menanti terasa menyesakkan dada. Saat hari hendak sore, sebuah suara … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 7. Perkamen Yang Hilang

BAB 7, Perkamen Yang Hilang   Ini malam paling mengerikan. Sosok manusia menanti kehadiran bangsa Floro di bibir gua Mumber. Ia yakin bahwa salah satu dari bangsa Floro akan menampakkan diri. Dua hari yang lalu, ia meninggalkan sebuah surat sederhana, tergantung di bibir gua. Kalimatnya sangat memaksa, “Bangsa Floro, aku tahu keberadaan kalian. Ini penting! Demi keselamatan … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 6, Perpustakaan Bawah Tanah

BAB 6, Perpustakaan Bawah Tanah   Saat membuka pintu rumah, kulihat Ina mondar-mandir di ruang tamu. “Ke mana saja kau, Orbulina! Ina menunggumu.” “Aku ke rumah Paman Saido, ada apa Ina? Kau terlihat panik.” Ina menarik lenganku dan menggiringku ke kamarnya. Ina duduk di ranjang, membuka 2 kancing bajunya, dan terlihat kalung berliontin bentuk kunci. Aku baru melihat … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 5. Pasir Ajaib Itu, Aku!

BAB 5, Pasir Ajaib Itu, Aku!   “Hey! Orbulina, ada apa denganmu? Semalam kau tak makan. Sekarang, wajahmu pucat. Jangan-jangan semalam kau membohongi Ina dengan berpura-pura tidur.” Ina menatapku tajam. Ia juga menyodorkanku sepiring nasi, semangkuk sup bunga Turi, dan ikan bakar. Aku diam, mengaruk-garuk kepala. Tertunduk, menyembunyikan suasana hati dari Ina di balik meja makan. “Orbulina, … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 4. Pertemanan Membawa Bencana

BAB 4, Pertemanan Membawa Bencana Esoknya, dan esoknya lagi berlalu penuh kehangatan. Sudah sepuluh hari persahabatan ini berlangsung. Aku sangat menikmatinya. Kini, memasuki hari ke-11. Matahari hampir tenggelam. Orbunis tak kunjung datang. Aku memutuskan untuk pulang. Tak baik bila aku pulang kemalaman. Hari ke-12, Orbunis tak kunjung pula datang. Aku berpikir, mungkin persahabatan kami hanya sampai … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 3. Segudang Kehangatan

BAB 3, Segudang Kehangatan   Esoknya, kupenuhi janji. Menunggu Orbunis di batu hitam. Mataku lelah. Semalam kurang tidur. Mondar-mandir kamar dan ruang makan. Dada berdegup kencang dan otak tak berhenti berpikir. Hanya Ina yang bahagia. Ina senang saat mengetahui aku pulang tanpa membawa apa pun. Ina berpikir aku keluar untuk belajar dari alam. Mengamati gerak-gerik … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

SELOTO, Bab 2. Orbunis Orbunot

BAB II Orbunis Orbunot Gadis kecil itu, aku tak suka melihatnya. Ia sangat asyik menyantap kacang rebus sambil mengayun-ayunkan kakinya. Wajahnya tembam, kumal, dan rambutnya terkepang asal-asalan. Ah, gadis aneh! Aku mengintainya dan bergerak cukup cepat–mencari persembunyian terbaik. Aku kurang hati-hati, suara langkahku terdengar seperti hewan yang bergerak dalam semak. Oh… sepertinya ia mulai menyadari keberadaanku. Aku … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: