Pencarian Vesivatoa [Part 9 : CHINAZA]

Tak sempat mata berkedip, pintu teleportasi sudah kembali terbuka. Udara terasa lebih hangat dan lembab, tidak seperti di Samaila yang sejuk dan nyaman.  Di depan mereka berdiri seorang perempuan dengan postur lebih kecil dan lebih gemuk dari Nona Areth. Rambutnya berwarna merah gelap dengan beberapa helai rambut putih yang tersanggul rapi. “Selamat datang, Nona Areth. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 8 : PRAHARA AIR ]

Dua orang berbadan besar berjas putih dan berkacamata hitam masuk ke ruangan. Mereka mengawal seorang pria berpakaian rapi yang bertubuh tegap. Langkahnya gagah, pandangannya tajam, dan senyumnya berkarisma.  Ia diiringi lagi oleh dua orang lain yang berperawakan sama persis dengan dua lelaki sebelumnya. Tampaknya, pengawal-pengawal itu juga humanoid. “Silakan kembali duduk,” katanya dengan suara yang … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 7: EMAS BIRU ]

Sepasang pintu raksasa terbuka, pemandangan menakjubkan menyambut Ghazi dan teman-temannya. Gedung-gedung yang tampak abu-abu dari luar, ternyata beragam bentuk dan warnanya. Kaki mereka menginjak rerumputan hijau yang dikelilingi aliran sungai. Orang-orang berlalu lalang dengan penampilan nyaris sempurna, seperti Nona Areth. Tiba-tiba kostum ‘storm trooper’ di tubuh mereka terlepas dan mengecil jadi seukuran dadu, lalu membentuk … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 6 : PERJALANAN PERTAMA ]

Prof Will terbelalak, wajahnya yang diterangi cahaya layar virtual tampak begitu tegang.  Bunyi sirine selalu terasa menyakitkan buat Prof Wil. Saat sirine berbunyi pula kakeknya dulu berpamitan dan tak pernah kembali lagi.  “Areth, segera bawa anak-anak ini ke Samaila!” Perintah Prof Will tegas.  “Tapi bagaimana dengan Anda, Prof?” tanya Nona Areth khawatir. “Tenang saja, Insya … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 5 : 3-0-2-4 ]

Jumat sore sepulang sekolah, Ghazi dan geng Dollabella berkumpul di pulau Dollisola, tepat di depan tiram teleportasi Profesor Nakamura.  Alana datang terakhir, ia berlari kencang agar tak sampai terlambat. “Aku buatkan ini buat kalian,” ia menyodorkan lima buah gantungan kunci dari anyaman daun yang dihias bunga-bunga kecil. “Waah, lihat tulisan ‘Dollabella’ ini, cantik!” Adora menerimanya … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 4 : PETUALANGAN KECIL]

Adora masih teringat wajah Wira yang bercucuran keringat ketika membawakan belanjaan ibunya dari pasar tempo hari. Anak lelaki itu rela bersusah payah demi mendapat uang, agar bisa membeli sepatu untuk adik perempuannya. Ah … senangnya punya kakak laki-laki seperti itu, b​atin Adora. Hari ini, dia ke hutan untuk mencari jamur dan rebung untuk makan malam. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 3 : WIRA]

Siang itu terdengar keributan dari sebuah rumah kecil di Gang Gulipat. Warna dindingnya tampak kusam, halamannya dipenuhi daun pohon mangga yang berguguran. “Wira, kamu boleh saja membuat komik untuk sekedar hobi, tapi kalau untuk menjadi komikus, ayah tidak setuju!” Suara berat itu berujar dengan tegas. “Tapi, Yah ….” “Dengar! Ayah hanya ingin yang terbaik buatmu. … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: