Teman Baru di Granada (Kisah Sebelum Vesivatoa)

Akhir pekan yang cerah. Om Pasha, ayah Ghazi yang seorang pilot, mengajak geng Dollabella untuk mengendarai balon udara miliknya. Cuaca cerah, langit pun biru. Balon-balon berwarna-warni menghiasi langit Dollisola pagi itu. Angin lembut bertiup menerpa wajah anak-anak yang sedang asik menikmati pemandangan dari balon udara. Dari ketinggian ternyata Pulau Dollisola terlihat berbentuk seperti hati. Semakin … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 24 : PINDAH]

“Profesor, ada sinyal yang datang dari masa lalu!” ujar Nona Aretha yang tiba-tiba muncul di kantor Prof. Will. Bola mata wanita itu beberapa kali tampak berpendar. “Apakah itu sinyal dari gelang anak-anak Dollabella?” tanya Prof. Will menduga. “Aku khawatir mereka dalam masalah. Coba buka portal untuk berkomunikasi dengan mereka, Nona Areth!” Mata Nona Areth kembali … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 23 : KABUR!]

Adora duduk membaca buku ensiklopedia tanaman yang ditemukannya di lemari. Sudah dua jam Ghazi, Wira, dan Nabiella pergi meninggalkan ia dan kedua temannya. Mereka mulai bosan, sejak tadi tidak bisa melakukan apa-apa. Kalma juga mulai gelisah. Ia ingin sekali membuat sesuatu yang bisa dimakan di dapur bawah. Cake wortel dan beberapa bekal makanannya yg lain … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 20 : TERTAWAN]

Anak-anak tersentak kaget. Wira melongok ke langit-langit. Hanya tampak atap dan kasau-kasau kayu. Benar, tidak ada lagi tanda-tanda keberadaan gua tempat mereka tadi masuk. “Melihat jenis pohon, suhu, dan lokasinya, aku hampir 100 persen yakin kalau hutan yang di depan itu adalah Black Forest,” ujar Kalma. Dari sekian banyak nama hutan, Black Forest adalah yang … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 19 : MATA AIR TERLARANG]

Adora muncul dengan wajah sedih di pintu pagar rumah Alana. Keempat temannya sudah menunggu di sana. “Maaf, teman-teman … misiku membujuk Wira tidak berhasil,” ujar Adora murung. “Tak apa-apa … kita akan mencarinya bersama-sama, dengan bantuan gelang detektor ini,” hibur Ghazi. Tampangnya terlihat bijak sekali. “Mungkin akan memakan waktu lebih lama, tapi tak ada salahnya … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 18 : PETUNJUK PERTAMA]

Ghazi sedang duduk serius menatap layar komputernya. Anak laki-laki blasteran Turki-Korea itu mengamati peta dunia dengan saksama. Ia menandai daerah-daerah yang masih alami dan memungkinkan ​Vesivatoa bisa bertahan di tempat itu. Waktu yang tersisa tinggal delapan minggu lagi. Ia khawatir jika tidak dapat menjalankan misi dari Profesor Will untuk menyelamatkan masa depan, mereka akan kehabisan … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini:

Pencarian Vesivatoa [Part 17 : DI DOLLISOLA]

Prof. Will dan Kiyai Usman menjabat tangan kelima sahabat itu erat-erat sebelum mereka berpisah. “Terima kasih sudah datang kemari dan mendengarkan kami. Jaga diri dan keluarga kalian baik-baik,” pesan terakhirnya sebelum semua mulai naik ke Picasso.  Tak ada seorangpun yang bicara sepanjang perjalanan. Tak seorang pun mendengkus. Tak seorangpun menguap. Apalagi berani-beraninya buang gas. Picasso … Baca Selengkapnya

Bagikan artikel ini: